Sabtu, 26 Desember 2020

Ummahat Al-Mukminin ( أُمَّهَاتُ الْمُؤْمِنِيْنَ ) IBUNDA ORANG-ORANG BERIMAN (‘AISYAH binti Abū Bakr 2)

PERAN ‘AISYAH SEBAGAI PEREMPUAN YANG PALING BANYAK MERIWAYATKAN HADITS

 

Gambar sekedar ilustrasi
Begitu banyak hal yang terjadi di sekitar Nabi – Qur’an terus juga turun, ayat demi ayat, dan hati orang-orang secara konstan berubah dan bertansformasi, termasuk juga Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) dan dia adalah saksi dari begitu banyak tempat dimana ayat-ayat itu diturunkan. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau begitu banyak pengetahuan kita hari ini mengenai kehidupan dan kebiasaan Nabi adalah yang diingat pertama-tama oleh Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) yang lalu diajarkannya.

Bersyukur atas perkawinan yang eksepsional ini, antara seorang pria yang berada di ujung akhir hidupnya dengan seorang perempuan yang baru saja memulai hidupnya, yang kita ketahui begitu banyak tentang keduanya. Dan ini membuat begitu mudah bagi siapa saja yang ingin mengikuti jejak langkah mereka dan mengikuti apa yang mereka contohkan.

Sementara Khadijah adalah seorang perempuan yang bijaksana dan dewasa ketika beliau menikah dengan Nabi Muhammad , Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) adalah seorang gadis yang penuh semangat yang masih memiliki kemampuan yang baik untuk belajar ketika dia menikah dengan Nabi . Dia sangat cepat belajar, itu karena dia memiliki hati yang bersih, pikiran yang cepat dan ingatan yang akurat. Dia tidak takut untuk membantah demi sebuah kebenaran agar diketahui, dan kapan saja dia bisa menghantam orang lain dalam hal berpendapat. Jika begitu, biasanya Nabi akan tersenyum dan berkata, “Dialah puteri Abū Bakr!” Musa ibn Talha sekali pernah berkata “Saya tak pernah melihat seseorang yang lebih pandai dan fasih berbicara daripada Aisyah.”

Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) tumbuh menjadi seorang perempuan yang bijaksana. Teman-teman sebayanya biasa mengatakan jika saja pengetahuan Aisyah disimpan di satu sisi timbangan sementara pengetahuan semua perempuan disimpan di sisi yang lain dari timbangan itu, sisi timbangan Aisyah mestilah lebih berat dari sebaliknya.

Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) biasa duduk di antara perempuan lain dan membagi-bagikan pengetahuan yang telah diterimanya dari Nabi . Dan jauh setelah Nabi meninggal, sepanjang hidupnya, dia adalah sumber pengetahuan dan kebijaksanaan kaum wanita pun laki-laki. Abu Musa sekali berbicara “Manakala sebuah riwayat datang kepada kami dan meragukan kami, para sahabat nabi, dan kami bertanya kepada Aisyah tentang itu, kami selalu belajar sesuatu darinya tentang itu.”

Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad berkata pada Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ),

“Ya Aisyah, Jibril mengucapkan salam untukmu.”

“Wa alaihi salam wa rahmatullahi.” Jawab Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ).

Saat dia menceritakan hal ini kepada Abu Salama, Aisyah menambahkan, “Dia (maksudnya Nabi ) dapat melihat apa yang tidak bisa aku lihat."

Aisyah banyak menghafalkan hadis-hadis Nabi , sehingga para ahli hadis menempatkan dirinya pada deretan para penghafal hadis terkemuka seperti Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan Anas bin Malik. Secara keseluruhan, Aisyah telah meriwayatkan sebanyak 2.210 hadis, 174 di antara berderajat muttafaq'alaih.[1] 

Bukan hanya seorang yang benar-benar pandai, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) juga seorang perempuan muda yang lemah gemulai.

Saat dia pertama kali masuk ke dalam rumah tangga Nabi dia adalah seorang gadis yang kuat dan tumbuhlah pertemanan yang kekal antara dia dan Saudah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ).

Saudah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) sendiri merawat dan memperlakukan Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) sama dengan dia memperlakukan seluruh anggota keluarga yang lain. Saat Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) tumbuh, Saudah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ), yang kemudian menjadi seorang perempuan tua, meyerahkan waktu Nabi (yang merupakan ‘giliran’ (pent.) untuknya kepada Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) kemudian lebih memilih mengurusi keperluan rumahtangga Nabi dan menjadi Umm al Mu’minin - 'Ibunda Orang-orang Beriman' – gelar penghormatan yang diberikan bagi seluruh istri Nabi (semoga Allah meridlai mereka) sebagaimana Al-Qur’an telah menyatakan dengan jelas bahwa tak seorang laki-laki pun boleh menikahi mereka setelah mereka dinikahi Nabi:

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا

"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)". (Qur'an S. Al-Ahzab, 33:6)

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَنْ يَأْتِ مِنْكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا

وَمَنْ يَقْنُتْ مِنْكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحًا نُؤْتِهَا أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا

"Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.

Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia.

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui." (Qur'an S. Al-Ahzab, 33:30-34)



 Klik Untuk Lanjutkan Membaca :

 

Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad

Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad

Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy

Tahun Dukacita (عام الحزن)

Peristiwa Thaif

Saudah Binti Zam'ah

Peristiwa Isra Mi'raj

Permulaan Hijrah Ke Yatsrib

Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi 

Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits

Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang

الإفْكِ Berita Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)

Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong

 



[1] Perawi Hadis Terkemuka:

1. Abu Hurairah : 5.394 hadis

2. Umar ibnu Khaththab : 2.637 hadis

3. Aisyah binti Abu Bakar : 2.210 hadis

4. Ibnu Abbas : 1.504 hadis

5. Abu Sa'id al Khudri : 1.170 hadis

 

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler