PERAN ‘AISYAH SEBAGAI PEREMPUAN YANG PALING BANYAK MERIWAYATKAN
HADITS
![]() |
Gambar sekedar ilustrasi |
Bersyukur atas perkawinan yang eksepsional ini, antara seorang pria yang
berada di ujung akhir hidupnya dengan seorang perempuan yang baru saja
memulai hidupnya, yang kita ketahui begitu banyak tentang keduanya. Dan ini membuat begitu mudah bagi siapa saja yang ingin mengikuti jejak
langkah mereka dan mengikuti apa yang mereka contohkan.
Sementara Khadijah adalah seorang perempuan yang bijaksana dan dewasa
ketika beliau menikah dengan Nabi Muhammad ﷺ, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
adalah seorang gadis yang penuh semangat yang masih memiliki kemampuan yang
baik untuk belajar ketika dia menikah dengan Nabi ﷺ. Dia sangat cepat belajar,
itu karena dia memiliki hati yang bersih, pikiran yang cepat dan ingatan
yang akurat. Dia tidak takut untuk membantah demi sebuah kebenaran agar
diketahui, dan kapan saja dia bisa menghantam orang lain dalam hal
berpendapat. Jika begitu, biasanya Nabi akan tersenyum dan berkata, “Dialah
puteri Abū Bakr!” Musa ibn Talha sekali pernah berkata “Saya tak pernah
melihat seseorang yang lebih pandai dan fasih berbicara daripada
Aisyah.”
Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
tumbuh menjadi seorang perempuan yang bijaksana. Teman-teman sebayanya biasa
mengatakan jika saja pengetahuan Aisyah disimpan di satu sisi timbangan
sementara pengetahuan semua perempuan disimpan di sisi yang lain dari
timbangan itu, sisi timbangan Aisyah mestilah lebih berat dari sebaliknya.
Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
biasa duduk di antara perempuan lain dan membagi-bagikan pengetahuan yang
telah diterimanya dari Nabi ﷺ. Dan jauh setelah Nabi
meninggal, sepanjang hidupnya, dia adalah sumber pengetahuan dan
kebijaksanaan kaum wanita pun laki-laki. Abu Musa sekali berbicara “Manakala sebuah riwayat datang kepada kami dan
meragukan kami, para sahabat nabi, dan kami bertanya kepada Aisyah tentang
itu, kami selalu belajar sesuatu darinya tentang itu.”
Dalam sebuah kesempatan, Nabi Muhammad ﷺ berkata pada Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ),
“Ya Aisyah, Jibril mengucapkan salam untukmu.”
“Wa alaihi salam wa rahmatullahi.” Jawab Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ).
Saat dia menceritakan hal ini kepada Abu Salama, Aisyah menambahkan, “Dia (maksudnya Nabi ﷺ) dapat melihat apa yang
tidak bisa aku lihat."
Aisyah banyak menghafalkan hadis-hadis Nabi ﷺ, sehingga para ahli hadis
menempatkan dirinya pada deretan para penghafal hadis terkemuka seperti Abu
Hurairah, Ibnu Umar, dan Anas bin Malik. Secara keseluruhan, Aisyah telah
meriwayatkan sebanyak 2.210 hadis, 174 di antara berderajat
muttafaq'alaih.[1]
Bukan hanya seorang yang benar-benar pandai, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) juga seorang perempuan
muda yang lemah gemulai.
Saat dia pertama kali masuk ke dalam rumah tangga Nabi dia adalah seorang
gadis yang kuat dan tumbuhlah pertemanan yang kekal antara dia dan Saudah
(رضي الله ﻋﻧﻬﺎ).
Saudah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) sendiri
merawat dan memperlakukan Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) sama dengan dia memperlakukan seluruh anggota keluarga yang lain. Saat Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) tumbuh, Saudah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ), yang kemudian menjadi seorang perempuan tua, meyerahkan waktu Nabi (yang
merupakan ‘giliran’ (pent.) untuknya kepada Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) kemudian lebih memilih mengurusi keperluan rumahtangga Nabi dan menjadi Umm
al Mu’minin - 'Ibunda Orang-orang Beriman' – gelar penghormatan yang
diberikan bagi seluruh istri Nabi (semoga Allah meridlai mereka) sebagaimana
Al-Qur’an telah menyatakan dengan jelas bahwa tak seorang laki-laki pun
boleh menikahi mereka setelah mereka dinikahi Nabi:
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ
أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ
اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى
أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mu’min dari diri
mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu
mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih
berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang
mukmin
dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada
saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di
dalam Kitab (Allah)".
(Qur'an S. Al-Ahzab, 33:6)
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَنْ يَأْتِ مِنْكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ
يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرًا
وَمَنْ يَقْنُتْ مِنْكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحًا نُؤْتِهَا
أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ
اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ
مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ
الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ
الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
"Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan
perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada
mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.
Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami
memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki
yang mulia.
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah
perkataan yang baik,
dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui." (Qur'an S. Al-Ahzab, 33:30-34)
Klik Untuk Lanjutkan Membaca :
Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad
Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy
Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi ﷺ
Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang
الإفْكِ Berita
Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ)
Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong
[1]
Perawi Hadis Terkemuka:
1. Abu Hurairah : 5.394 hadis
2. Umar ibnu Khaththab : 2.637 hadis
3. Aisyah binti Abu Bakar : 2.210 hadis
4. Ibnu Abbas : 1.504 hadis
5. Abu Sa'id al Khudri : 1.170 hadis