Minggu, 27 Desember 2020

Ummahat Al-Mukminin ( أُمَّهَاتُ الْمُؤْمِنِيْنَ ) IBUNDA ORANG-ORANG BERIMAN (‘AISYAH binti Abū Bakr 3)

 PERAN ‘AISYAH DAN ISTRI-ISTRI NABI DALAM PERANG

 

Orang-orang merasa kagum terhadap Nabi Muhamad saat mereka berada di hadapannya, dan mereka duduk serta mendengarkan kata-katanya dengan menurunkan pandangan, seakan-akan burung-burung bertengger di atas kepala mereka, dan mereka akan melakukan apa saja demi Nabi, demikian besarnya cinta mereka kepadanya. Semua ini karena kesempurnaan dimana semua orang diperintahkan untuk memanjatkan shalawat dan salam untuknya:

 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

 (Quran S. Al-Ahzab 33:56)

 

Hal ini karena posisi unik Nabi Muhammad di hadapan Allah, dimana Allah sendiri meminta istri-istri dan sahabat-sahabat Nabi bersikap hormat dan sopan kepada Nabi Muhammad ; dan istri-istri Nabi tidak boleh menikah lagi dengan orang lain setelah mereka menikah dengan Nabi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَّبِيِّ إِلا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلا مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي مِنْكُمْ وَاللَّهُ لا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah. (Quran S. Al-Ahzab 33:53)

 

Selama sembilan tahun Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) menikah dengan Nabi Muhammad . Dia menyaksikan begitu banyak kejadian hebat yang membentuk keadaan masyarakat Muslim pertama di Madinah al-Munawarrah: Selama pernikahan mereka, arah qiblat berubah dari Jerusalem ke Mekkah, untuk membedakan dengan jelas ummat Muslim dari Yahudi dan Nasrani; selama pernikahan mereka, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) harus mendengar begitu banyak orang Yahudi dan Nasrani juga para penyembah berhala yang datang kepada Nabi bukan untuk mendengarkan melainkan untuk membantahnya, dengan harapan mereka dapat menemukan alasan yang logis untuk menjustifikasi penolakan mereka terhadap Nabi  .

 

Melalui pertukaran-pertukaran pendapat seperti inilah Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) belajar membedakan apa yang benar dan apa yang salah; Petunjuk kenabian terus berlanjut melalui wahyu yang diterima Nabi Muhammad  ; gaya hidup Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) – bersama dengan seluruh masyarakat Muslim – secara gradual dibentuk menjadi lebih berbudi luhur; selama pernikahan mereka pulalah budaya meminum alkohol akhirnya diharamkan, menjadi jelas makanan apa yang halal dan makanan apa yang haram; menjadi wajib bagi wanita untuk memakai hijab di depan publik dan ketika shalat; petunjuk melaksanakan shaum juga diwahyukan; bahwa membayar zakat menjadi wajib bagi setiap muslim; dan seluruh ritual haji dimurnikan dan dibersihkan.

 

Pada kenyataannya setiap aspek kehidupan, dari kelahiran sampai kematian dan apa-apa yang terjadi antaranya, diterangi dengan bagaimana Nabi bersikap – dan cara hidup ini - Sunnah - Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) membantu memelihara dan melindunginya, tidak hanya dengan cara mewujudkannya di dalam dirinya sendiri, tapi juga dengan cara mengajarkannya kepada orang lain.

 

Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) suatu kali pernah diminta untuk menggambarkan bagaimana sesungguhnya pribadi Nabi , dan dia menjawab bahwa beliau adalah ‘Qur’an yang berjalan’. Artinya, bahwa kebiasaan, sifat dan sikap Nabi adalah Al-Qur’an yang diterjemahkan dalam tindakan keseharian. Demikian juga, Aisyah melakukan semua sesuai kemampuannya. Jadi, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) tidak sekedar mengetahui dan mempraktikkan Sunnah, tapi juga menghafal Al-Qur’an dengan hatinya dan memahaminya.

 

Selama pernikahannya, bersama istri-istri nabi yang lain, berkecamuk perang-perang: Badar, Uhud dan Khandaq (parit). Tiga perang ini merupakan tiga perang utama melawan suku Quraisy, yang mengambil-alihkan kekuatan dari tangan orang-orang kafir kepada tangan-tangan ummat muslim. Meskipun Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) ketika itu masih muda usia, beliau juga berpartisipasi pada ketiga perang itu, membantu membawakan air bagi para Mujahid Muslim dan membantu merawat luka-luka mereka.

 

Dia menyaksikan kehidupan dan kematian dari dua sisi – kehidupan dan kematian berdasar jalan yang dicintai Allah, juga kehidupan dan kematian yang berdasar jalan orang-orang kafir – dan dia memahami keduanya. Inilah salah satu makna dari namanya, ‘Aisyah,’ yang berarti ‘hidup’.

 

Ilustrasi dari bersamadakwah.net
Selama pernikahan mereka pula orang-orang Yahudi merencanakan dan mencoba membunuh Nabi lebih dari satu kali kesempatan, tanpa keberhasilan. Oleh karena inilah orang-orang Yahudi itu dihukum.  Yang pertama adalah Banu Qayunqa kemudian Banu Nadir dan menyebabkan mereka dikeluarkan dari Madinah; kemudian Banu Qurayza – yang telah menyelisihi perjanjian antara mereka dengan kaum Muslim selama perang al-Khandaq dan bersekongkol dengan kaum kafir untuk memusnahkan ummat Muslim – hukuman mereka diputuskan oleh seorang laki-laki yang telah ditunjuk oleh mereka sendiri, Said ibn Mu’adh.

 

Menurut apa yang ditunjukkan oleh kitab yang mereka miliki Taurat - semua orang harus dibunuh – dengan pengecualian bagi empat orang laki-laki yang telah menerima iman Islam, para wanita dan anak-anak yang diambil menjadi budak.

 

Klik Untuk Lanjutkan Membaca :

 

Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad

Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad

Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy

Tahun Dukacita (عام الحزن)

Peristiwa Thaif

Saudah Binti Zam'ah

Peristiwa Isra Mi'raj

Permulaan Hijrah Ke Yatsrib

Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi 

Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits

Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang

الإفْكِ Berita Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)

Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler