PERAN ‘AISYAH DAN ISTRI-ISTRI NABI DALAM PERANG
Orang-orang merasa
kagum terhadap Nabi Muhamad ﷺ saat mereka
berada di hadapannya, dan mereka duduk serta mendengarkan kata-katanya dengan
menurunkan pandangan, seakan-akan burung-burung bertengger di atas kepala
mereka, dan mereka akan melakukan apa saja demi Nabi, demikian besarnya cinta
mereka kepadanya. Semua ini karena kesempurnaan dimana
semua orang diperintahkan untuk memanjatkan shalawat dan salam untuknya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(Quran S. Al-Ahzab 33:56)
Hal ini karena posisi unik Nabi Muhammad
di hadapan Allah, dimana Allah sendiri meminta istri-istri dan sahabat-sahabat
Nabi ﷺ
bersikap hormat dan sopan kepada Nabi Muhammad ﷺ; dan istri-istri Nabi ﷺ tidak boleh menikah lagi dengan orang lain
setelah mereka menikah dengan Nabi ﷺ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتَ
النَّبِيِّ إِلا أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَعَامٍ غَيْرَ نَاظِرِينَ إِنَاهُ
وَلَكِنْ إِذَا دُعِيتُمْ فَادْخُلُوا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوا وَلا
مُسْتَأْنِسِينَ لِحَدِيثٍ إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ يُؤْذِي النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيِي
مِنْكُمْ وَاللَّهُ لا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ
مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ
وَقُلُوبِهِنَّ وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلا أَنْ
تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ
اللَّهِ عَظِيمًا
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu
diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya),
tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah
kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan
mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah
tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan)
kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara
yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu
menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya
selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar
(dosanya) di sisi Allah”. (Quran
S. Al-Ahzab 33:53)
Selama sembilan tahun Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
menikah dengan Nabi Muhammad ﷺ.
Dia menyaksikan begitu banyak kejadian hebat yang membentuk keadaan masyarakat
Muslim pertama di Madinah al-Munawarrah: Selama pernikahan mereka, arah qiblat
berubah dari Jerusalem ke Mekkah, untuk membedakan dengan jelas ummat Muslim
dari Yahudi dan Nasrani; selama pernikahan mereka, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
harus mendengar begitu banyak orang Yahudi dan Nasrani juga
para penyembah berhala yang datang kepada Nabi bukan untuk mendengarkan
melainkan untuk membantahnya, dengan harapan mereka dapat menemukan alasan yang
logis untuk menjustifikasi penolakan mereka terhadap Nabi ﷺ.
Melalui
pertukaran-pertukaran pendapat seperti inilah Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) belajar membedakan
apa yang benar dan apa yang salah; Petunjuk kenabian terus berlanjut melalui
wahyu yang diterima Nabi Muhammad ﷺ; gaya hidup
Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) – bersama dengan
seluruh masyarakat Muslim – secara gradual dibentuk menjadi lebih berbudi
luhur; selama pernikahan mereka pulalah budaya meminum alkohol akhirnya
diharamkan, menjadi jelas makanan apa yang halal dan makanan apa yang haram;
menjadi wajib bagi wanita untuk memakai hijab di depan publik dan ketika
shalat; petunjuk melaksanakan shaum juga diwahyukan; bahwa membayar zakat
menjadi wajib bagi setiap muslim; dan seluruh ritual haji dimurnikan dan
dibersihkan.
Pada kenyataannya
setiap aspek kehidupan, dari kelahiran sampai kematian dan apa-apa yang terjadi
antaranya, diterangi dengan bagaimana Nabi bersikap – dan cara hidup ini -
Sunnah - Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) membantu memelihara dan melindunginya, tidak hanya
dengan cara mewujudkannya di dalam dirinya sendiri, tapi juga dengan cara
mengajarkannya kepada orang lain.
Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) suatu kali pernah
diminta untuk menggambarkan bagaimana sesungguhnya pribadi Nabi ﷺ, dan dia
menjawab bahwa beliau adalah ‘Qur’an yang berjalan’. Artinya,
bahwa kebiasaan, sifat dan sikap Nabi adalah Al-Qur’an yang diterjemahkan dalam
tindakan keseharian. Demikian juga, Aisyah melakukan semua sesuai kemampuannya.
Jadi, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) tidak sekedar
mengetahui dan mempraktikkan Sunnah, tapi juga menghafal Al-Qur’an dengan
hatinya dan memahaminya.
Selama pernikahannya, bersama
istri-istri nabi yang lain, berkecamuk perang-perang: Badar, Uhud dan Khandaq
(parit). Tiga perang ini merupakan tiga perang utama melawan suku Quraisy, yang
mengambil-alihkan kekuatan dari tangan orang-orang kafir kepada tangan-tangan
ummat muslim. Meskipun Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
ketika itu masih muda usia, beliau juga berpartisipasi pada ketiga perang itu,
membantu membawakan air bagi para Mujahid
Muslim dan membantu merawat luka-luka mereka.
Dia menyaksikan kehidupan dan kematian
dari dua sisi – kehidupan dan kematian berdasar jalan yang dicintai Allah, juga
kehidupan dan kematian yang berdasar jalan orang-orang kafir – dan dia memahami
keduanya. Inilah salah satu makna dari namanya, ‘Aisyah,’ yang berarti ‘hidup’.
![]() |
Ilustrasi dari bersamadakwah.net |
Menurut apa yang ditunjukkan oleh kitab
yang mereka miliki – Taurat -
semua orang harus dibunuh – dengan pengecualian bagi empat orang laki-laki yang
telah menerima iman Islam, para wanita dan anak-anak yang diambil menjadi
budak.
Klik Untuk Lanjutkan Membaca :
Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad
Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy
Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi ﷺ
Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang
الإفْكِ Berita
Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ)
Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong