PERMULAAN TURUNNYA WAHYU KEPADA MUHAMMAD ﷺ
![]() |
Penampakan Gua Hira Masa Kini |
“زَمِّلُونِي
زَمِّلُونِي - Selimuti
aku, selimuti aku!”
Khadijah merasa begitu khawatir
menyaksikan keadaan suaminya seperti itu. Cepat-cepat dia membelitkan selimut
sampai melingkari bahu Nabi ﷺ
dan ketika Nabi ﷺ
mulai tenang, Khadijah meminta Nabi ﷺ agar menggambarkan apa yang sesungguhnya
telah terjadi.
Nabi ﷺ bercerita padanya bagaimana sesuatu yang
tak pernah dilihatnya – yang merupakan malaikat Jibril – tiba-tiba saja hadir
di hadapannya ketika dia sedang tidur dan berkata,
“Bacalah!”
"Tapi saya tak bisa baca,” jawab
Nabi ﷺ,
itu karena Nabi ﷺ
bukan seorang manusia terpelajar dan memang tidak bisa baca tulis.
“Bacalah!” ulang Jibril sambil
mendekapkan Muhammad ﷺ
ke dadanya.
“Saya tak bisa membaca,” Nabi kembali
menjawab.
“Bacalah!” Jibril kembali mengulang
perintahnya, sambil mendekap Nabi dengan erat.
“Apa yang mesti saya baca?” akhirnya
Nabi menjawab seakan-akan putus asa, kemudian Jibril berkata:
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الأكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا
لَمْ يَعْلَمْ (5(
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.
Al-Alaq 96: 1-5)
Pada saat itu Muhammad ﷺ tidak benar-benar menyadari bahwa kejadian
ini adalah saat pertama kali dimulainya turun wahyu Al-Qur’an.
Pada saat pertemuan pertamanya dengan
Jibril itu, Muhammad begitu ketakutan. Itu karena dia tidak tahu siapakah
Jibril itu atau apa sebenarnya yang sedang terjadi. Oleh karena ketakutannya
itu, Muhammad kemudian bangun dan lari keluar gua tapi masih mendapati Jibril
berada di hadapannya. Bahkan ketika dia berpaling, Jibril tetap saja ada di
hadapannya, menutupi kakilangit dengan bentuk indahnya yang menakjubkan.
"Oh Muhammad," kata Jibril
pada akhirnya.
"Kau adalah utusan Allah dan akulah
Jibril," dan dengan kalimat ini Jibril menghilang dari pandangan Nabi ﷺ.
Setelah Jibril menghilang, Muhammad ﷺ langsung merangkak menuruni gunung secepat
mungkin. Dia mulai bertanya-tanya apakah dia mulai gila sampai-sampai
membayangkan penampakan sebuah jirim atau mungkin dia kesurupan dan kerasukan
jin?
Mendengar cerita Muhammad, Khadijah
tutup mulut saja dan tidak membagikan kisah menakutkan itu kepada siapapun.
Khadijah sadar bahwa sesuatu yang maha hebat dan mengagumkan telah menimpa
suaminya. Lalu Khadijah memastikan kepada Muhammad bahwa suaminya itu tidaklah
gila atau kerasukan.
“Janganlah khawatir,” katanya, “demi Dia
yang menguasai jiwa Khadijah, aku berharap engkaulah nabi untuk bangsa ini.
Allah tak akan mempermalukanmu, karena engkau telah berbuat baik pada
kerabatmu, kau berkata jujur, engkau membantu siapa saja yang membutuhkan,
engkau membantu orang lemah, engkau menjamu tamu dan engkau menyambut panggilan
orang-orang yang kesusahan.”
Ketika Muhammad ﷺ mulai tenang, Khadijah lalu membawa Nabi
kepada saudara sepupunya, Waraqah ibn Naufal[1],
seseorang yang luas pengetahuannya. Khadijah sungguh yakin bahwa sepupunya itu
akan mampu menjelaskan makna sesungguhnya yang telah menimpa suami tercintanya.
Perlu diketahui
bahwa Waraqah ini adalah orang yang telah mempelajari kitab-kitab agama Yahudi
dan Nashrani. Waraqah juga telah banyak berguru pada
orang-orang bijak dari agama-agama itu. Dia tahu bahwa nabi yang akan datang
telah diramalkan oleh Musa AS dan Isa AS, dan dia tahu tanda-tanda yang dapat
menegaskan identitas nabi ini ketika kemunculannya.
Setelah mendengar dengan cermat cerita
Nabi ﷺ,
Waraqah yang tua dan buta itu berseru,
“Ini adalah jirim yang sama yang
menyampaikan wahyu Allah kepada Musa. Saya berharap saya masih muda dan masih
hidup ketika kaummu mengusirmu."
"Akankah mereka mengusirku?"
tanya Muhammad.
"Ya," jawab Waraqah. "Tak
seorang pun dengan karunia yang sekarang engkau terima tidak diperlakukan
dengan permusuhan; dan seandainya saja aku dapat hidup ketika kau diusir, aku
akan membantumu dengan seluruh kekuatanku. Mari aku raba punggungmu.”
Sambil berbicara, Waraqah meraba bagian
tubuh di antara bilah bahu Nabi dan menemukan apa yang dia rasakan: lingkaran
kecil, sedikit menonjol secara tidak beraturan di kulit, seukuran telur merpati[2].
Ini adalah salah satu dari banyak tanda yang diketahui Waraqah yang
mengindikasikan identitas nabi setelah Isa AS[3].
"Ini adalah tanda kenabian!” dia
berseru. “Sekarang aku benar-benar yakin bahwa engkaulah nabi yang diramalkan
di dalam Taurat yang diwahyukan kepada Musa AS dan di dalam Injil yang
diwahyukan kepada Isa AS. Engkaulah utusan Allah, dan makhluk yang hadir ke
hadapanmu di gunung itu pastilah malaikat Jibril!"
Khadijah merasa begitu girang dan
tersanjung mendapati dirinya mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi di
gunung itu.
Tak lama setelah
kejadian ini, Muhammad diperintahkan dalam sebuah wahyu Allah berikutnya - melalui
malaikat Jibril - untuk mengajak orang-orang agar hanya menyembah Allah. Dan
pada poin ini Khadijah tidak merasa ragu mengekspresikan ke hadapan orang
banyak sesuatu yang diketahuinya dimana sebelumnya dirahasiakannya untuk
beberapa saat:
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali
Allah,” katanya, “dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Klik Untuk Lanjutkan Membaca :
Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad
Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy
Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi ﷺ
Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang
الإفْكِ Berita
Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ)
Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong
[1] Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ) berkata, "[Adalah 6/871]
yang pertama (dari wahyu) kepada Rasulullah (ﷺ)
adalah mimpi yang baik di dalam tidur. Beliau tidak pernah bermimpi melainkan
akan menjadi kenyataan seperti merekahnya cahaya subuh. Kemudian beliau gemar
bersunyi. Beliau sering bersunyi di Gua Hira. Beliau beribadah di sana, yakni
beribadah beberapa malam sebelum rindu kepada keluarga beliau, dan mengambil
bekal untuk itu. Kemudian beliau pulang kepada Khadijah. Beliau mengambil bekal
seperti biasanya sehingga datanglah kepadanya (dalam riwayat lain disebutkan:
maka datanglah kepadanya) kebenaran. Ketika beliau ada di Gua Hira, datanglah
malaikat (dalam nomor 8/67) seraya berkata, 'Bacalah!' Beliau berkata, 'Sungguh
saya tidak dapat membaca. Ia mengambil dan mendekap saya sehingga saya lelah.
Kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka, saya berkata,
'Sungguh saya tidak dapat membaca:' Lalu ia mengambil dan mendekap saya yang
kedua kalinya, kemudian ia melepaskan saya, lalu ia berkata, 'Bacalah!' Maka,
saya berkata, 'Sungguh saya tidak bisa membaca' Lalu ia mengambil dan mendekap
saya yang ketiga kalinya, kemudian ia melepaskan saya. Lalu ia membacakan,
"Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min'alaq. Iqra'
warabbukal akram. Alladzii 'allama bil qalam. 'Allamal insaana maa lam ya'lam.
'Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang
mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. Lalu Rasulullah (ﷺ)
pulang dengan membawa ayat itu dengan perasaan hati yang goncang (dalam satu
riwayat: dengan tubuh gemetar). Lalu, beliau masuk menemui Khadijah binti
Khuwailid, lantas beliau bersabda, 'Selimutilah saya, selimutilah saya!' Maka,
mereka menyelimuti beliau sehingga keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda
dan menceritakan kisah itu kepada Khadijah, 'Sungguh saya takut atas diriku.'
Lalu Khadijah berkata kepada beliau, 'Jangan takut (bergembiralah, maka) demi
Allah, Allah tidak akan menyusahkan engkau selamanya. (Maka demi Allah),
sesungguhnya engkau suka menyambung persaudaraan (dan berkata benar),
menanggung beban dan berusaha membantu orang yang tidak punya, memuliakan tamu,
dan menolong penegak kebenaran.' Kemudian Khadijah membawa beliau pergi kepada
Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza (bin Qushai, dan dia adalah) anak
paman Khadijah. Ia (Waraqah) adalah seorang yang memeluk agama Nasrani pada
zaman jahiliah. Ia dapat menulis tulisan Ibrani, dan ia menulis Injil dengan
bahasa Ibrani (dalam satu riwayat: kitab berbahasa Arab. dan dia menulis Injil
dengan bahasa Arab) akan apa yang dikehendaki Allah untuk ditulisnya. Ia
seorang yang sudah sangat tua dan tunanetra. Khadijah berkata, Wahai putra
pamanku, dengarkanlah putra saudaramu!' Lalu Waraqah berkata kepada beliau,
Wahai putra saudaraku, apakah yang engkau lihat?' Lantas Rasulullah (ﷺ): menceritakan kepadanya tentang apa yang beliau lihat. Lalu
Waraqah berkata kepada beliau, 'Ini adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada
Musa! Wahai sekiranya saya masih muda, sekiranya saya masih hidup ketika kaummu
mengusirmu....' Lalu Rasulullah (ﷺ)
bertanya, 'Apakah mereka akan mengusir saya?' Waraqah menjawab, 'Ya, belum
pernah datang seorang laki-laki yang (membawa seperti apa yang engkau bawa
kecuali ia ditolak (dalam satu riwayat: disakiti / diganggu). Jika saya masih
menjumpai masamu, maka saya akan menolongmu dengan pertolongan yang tangguh.'
Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dan wahyu pun bersela, [sehingga Nabi (ﷺ) bersedih hati karenanya - menurut riwayat yang sampai kepada
kami (Al-Albani berkata, "Yang berkata, 'Menurut riwayat yang sampai
kepada kami" adalah Ibnu Syihab az-Zuhri, perawi asli hadits ini dari
Urwah bin Zubair dari Aisyah. Maka, perkataannya ini memberi kesan bahwa
tambahan ini tidak menurut syarat Shahih Bukhari, karena ini dari penyampaian
az-Zuhri sendiri, sehingga tidak maushul, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh
dalam Fathul Bari. Karena itu, harap diperhatikan!")- dengan kesedihan
yang amat dalam yang karenanya berkali-kali beliau pergi ke puncak-puncak
gunung untuk menjatuhkan diri dari sana. Maka, setiap kali beliau sudah sampai
di puncak dan hendak menjatuhkan dirinya, Malaikat Jibril menampakkan diri
kepada beliau seraya berkata, 'Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah
Rasulullah yang sebenarnya.' Dengan demikian, tenanglah hatinya dan mantaplah
jiwanya. Kemudian beliau kembali pulang. Apabila dalam masa yang lama tidak
turun wahyu, maka beliau pergi ke gunung seperti itu lagi. Kemudian setelah
sampai di puncak, maka Malaikat Jibril menampakkan diri kepada beliau seraya
berkata seperti yang dikatakannya pada peristiwa yang lalu - 6/68]."
[Namus (yang di sini diterjemahkan dengan Malaikat Jibril) ialah yang
mengetahui rahasia sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain 124/4].
(Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press)
[2] Hadits riwayat Saib bin Yazid
(رضي الله
ﻋﻧﮫ), ia berkata:
Bibiku pernah membawaku pergi menghadap Rasulullah (ﷺ) Bibiku
berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya keponakanku ini terserang penyakit
perut. Lalu beliau mengusap kepalaku dan mendoakan aku supaya mendapat berkah.
Setelah itu beliau berwudu dan aku meminum sisa air wudunya kemudian aku
berdiri di belakang punggung beliau dan melihat sebuah tanda (kenabian) antara
kedua pundaknya seperti telur burung merpati. (Shahih Muslim No.4328)
[3] و حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ إِسْرَائِيلَ
عَنْ سِمَاكٍ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ يَقُولُا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ شَمِطَ مُقَدَّمُ رَأْسِهِ
وَلِحْيَتِهِ وَكَانَ إِذَا ادَّهَنَ لَمْ يَتَبَيَّنْ وَإِذَا شَعِثَ رَأْسُهُ
تَبَيَّنَ وَكَانَ كَثِيرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ فَقَالَ رَجُلٌ وَجْهُهُ مِثْلُ
السَّيْفِ قَالَ لَا بَلْ كَانَ مِثْلَ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ وَكَانَ
مُسْتَدِيرًا وَرَأَيْتُ الْخَاتَمَ عِنْدَ كَتِفِهِ مِثْلَ بَيْضَةِ الْحَمَامَةِ
يُشْبِهُ جَسَدَهُ
Dan telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah (1. Abdullah bin Muhammad
bin Abi Syaibah Ibrahim bin 'Utsman, Al 'Abasiy, Abu Bakar, Tabi'ul Atba'
kalangan tua, wafat tahun 235 H, hidup di Kufah.); Telah menceritakan
kepada kami 'Ubaidullah (2. Ubaidullah bin Musa bin Abi Al Mukhtar Badzam,
Al 'Abasiy, Abu Muhammad, Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa, wafat tahun 213 H,
hidup di Kufah, wafat di Kufah.) dari Israil (3. Isra'il bin Yunus bin
Abi Ishaq, As Subay'iy Al Hamdaniy, Abu Yusuf, Tabi'ut Tabi'in kalangan tua,
wafat tahun 160 H, hidup di Kufah.) dari Simak (4. Simak bin Harb bin
Aus, Adz Dzahaliy Al Bakriy, Abu Al Mughirah, Tabi'in kalangan biasa, wafat
tahun 123 H.) dia mendengar Jabir bin Samurah (5. Jabir bin Samrah bin
Janadah, Abu 'Abdullah , Shahabat, wafat tahun 74 H, hidup di Kufah, wafat di
Kufah.) berkata; "Rambut Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kelihatan
bercampur putih di kepala bagian muka dan di jenggot beliau, tetapi apabila
telah beliau minyaki maka tidak kelihatan. Apabila rambut beliau
kusut, barulah jelas kelihatan, dan jenggot beliau tebal." Lalu seseorang
bertanya; "Apakah wajah beliau seperti pedang?" Jawab Jabir;
"Tidak! Bahkan bundar seperti matahari dan bulan. Dan aku melihat sebuah
cap di bahunya, kira-kira sebesar telor merpati." Dia serupa dengan warna
tubuh beliau." (Shahih Muslim https://carihadis.com/Shahih_Muslim/4326#[1])