PENOLAKAN DAN ANCAMAN KAUM QURAISY
Tahun-tahun
berikutnya merupakan tahun-tahun sulit dimana para pemimpin Quraisy melakukan
apa saja atas nama kekuasaan mereka untuk menghentikan Nabi dalam menyebarkan
ajaran-ajarannya. Pada saat itu maka Khadijahlah sumber tetap pemberi
perlindungan dan pertolongan untuk Muhammad ﷺ. Seluruh
kekayaannya dibelanjakannya di jalan Allah untuk membantu menyebarkan
pesan-pesan suaminya, membantu membebaskan budak-budak yang telah menerima
Islam, dan membantu menampung kaum muslimin yang secara perlahan namun pasti
mulai tumbuh, baik secara jumlah maupun kekuatan.
Menyaksikan itu,
Kaum Quraisy merasa benar-benar geram atas keberhasilan Nabi ﷺ. Mereka lalu
melakukan apa saja dengan kekuatannya untuk menakut-nakuti Nabi dan para
pengikutnya, seringkali dengan memberikan siksaan yang mengerikan. Namun
tetap tak menemui keberhasilan.
Situasi menjadi bertambah buruk sampai-sampai memaksa Nabi menganjurkan para pengikutnya untuk pergi ke negeri Habasyah. Habasyah adalah negeri dimana pemimpinnya, Najasyi, adalah penganut Nasrani yang tulus dan bersungguh-sungguh untuk memberi mereka penampungan dan perlindungan.
Maka tibalah waktunya, sebagaimana
diramalkan Waraqah, Muhammad ﷺ
dan para pengikutnya dijauhkan dari seluruh anggota sukunya.
Bani Hasyim digiring keluar dari kota
Mekkah dan dipaksa berkemah di sebuah jurang kecil di antara gunung gemunung.
Ini terjadi jauh setelah Waraqah meninggal, dan sekitar tujuh tahun setelah malam
luarbiasa dimana Muhammad ﷺ
menerima wahyu pertamanya melalui Jibril.
Disana, saat dimana rumah-rumah milik
mereka sendiri kosong di kota Mekkah, orang-orang muslim itu dipaksa telanjang
di tengah begitu dinginnya malam musim dingin dan di tengah terik siang musim
panas, dengan begitu sedikitnya makanan dan tempat bernaung. Tak ada seorang
pun yang bersedia melakukan jual beli dengan kaum muslimin saat itu, atau
mengijinkan putera-puteri mereka menikahi salah satu dari orang-orang yang diasingkan ini.
Untungnya masih saja ada orang yang
secara diam-diam bersimpati kepada kaum muslimin dan mengirimi mereka makanan
seandainya ada kesempatan. Terkadang dengan cara menyimpankan perbekalan di
atas punggung seekor keledai atau kuda kemudian mengirimnya dengan cara dipecut
sehingga berderap lari menuju arah yang telah ditentukan. Mereka harap binatang
itu tidak berhenti atau tersesat sebelum mencapai tujuan.
Selama tiga tahun masyarakat muslim saat
itu menjalani hidup yang keras. Namun meskipun mereka kelaparan dan kehausan,
telanjang di tengah panas dan dingin, justru menjadi waktu dimana jiwa-jiwa
kaum muslimin pertama itu dibersihkan hatinya dan kemudian diisi dengan cahaya
pengetahuan dan kebijaksanaan. Kaum Muslimin sadar betul bahwa mereka mengikuti
cahaya kebenaran dan tak ada yang lain kecuali itu. Mereka tidak peduli
bagaimana perlakuan dan perkataan orang-orang Quraisy kepada mereka. Allah dan
Rasul-Nya telah cukup bagi mereka.
Klik Untuk Lanjutkan Membaca :
Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad
Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy
Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi ﷺ
Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang
الإفْكِ Berita
Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ)
Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong