Jumat, 25 Desember 2020

Ummahat Al-Mukminin ( أُمَّهَاتُ الْمُؤْمِنِيْنَ ) IBUNDA ORANG-ORANG BERIMAN (‘AISYAH binti Abū Bakr 1)

PERNIKAHAN ‘AISYAH DENGAN NABI

[1]

 

Secara bertahap ummat islam yang masih berada di Mekkah mulai meninggalkan kota dan bergerak menuju Madinah untuk bergabung dengan Nabi yang mereka cintai. Di antara mereka terdapat seorang gadis yang bernama Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ), puteri Abū Bakr. Segera setelah tiba di Madinah, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) yang ketika itu berusia Sembilan tahun, menikah dengan Nabi Muhammad , yang saat itu berusia limapuluhempat tahun. Pada titik ini Aisyah meninggalkan rumahtangga keluarganya dan bergabung dengan Nabi Muhammad . Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah mengatakan padanya bahwa Jibril datang pada Nabi dan memperlihatkan pada Nabi gambarnya (Aisyah) pada selembar sutera berwarna hijau dan berkata, “Dia adalah istrimu di dunia ini dan di dunia yang akan datang[2].”

Mengenai pernikahannya, dia mengisahkan bahwa sesaat sebelum meninggalkan rumah orangtuanya, dia menyelinap ke lapangan untuk bermain bersama teman-temannya. "Aku bermain di atas papan ayunan dan rambutku yang panjang sampai-sampai menjadi tak beraturan,” katanya. “Mereka datang ke tempatku bermain lalu mempersiapkanku.”

Mereka memakaikan padanya pakaian pernikahan yang terbuat dari kain berwarna merah dari Bahrain kemudian ibundanya membawanya pada sebuah rumah yang baru dibangun dimana beberepa orang perempuan kaum Anshar telah menunggunya di luar pintu. Mereka menyambutnya dengan kata-kata, “Demi kebaikan dan kebahagiaan, semoga semuanya berjalan baik.”[3] Kemudian, di hadapan Nabi yang tersenyum bahagia semangkuk susu dibawakan. Nabi meminum susu dari mangkuk itu dan menawarkannya pada Aisyah.  Dengan malu-malu Aisyah menolaknya, namun ketika Nabi memintanya dengan sungguh-sungguh barulah Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) meminumnya dan menawarkan semangkuk susu itu pada saudara perempuannya - Asma - yang duduk di sebelahnya. Hadirin yang lain juga minum dari mangkuk itu, dan kenyataan bahwa semua itu pada saat itu adalah sebuah upacara perkawinan yang sederhana dan khidmat.

Pernikahan Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) dengan Nabi tidak mengubah kebiasaan Aisyah bermain, dan teman-teman bermainnya pun tetap datang mengunjunginya di dalam kamarnya.

"Aku baru akan bermain boneka,” suatu kali dia berkata, “dengan anak-anak perempuan yang merupakan teman-temanku, dan Nabi baru saja akan masuk ke dalam dan mereka (teman-teman Aisyah) sesegera itu bermaksud menyelinap keluar rumah tapi Nabi memanggil dan membawa mereka balik lagi dari luar, itu karena Nabi berkenan aku bersama mereka disana.” Suatu ketika Nabi pernah berkata “Diamlah, tetap disana,” sebelum mereka punya kesempatan untuk pergi, dan bahkan bergabung dalam permainan mereka.

“Satu hari,” Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) berkata, “Nabi masuk saat aku sedang bermain dengan bonekaku dan berkata, ‘Aisyah, gerangan permainan apakah ini?’ ‘Ini adalah kuda-kuda Sulaiman,’ jawabku, dan beliau tertawa.”

Pada kesempatan yang lain, saat itu Iedul Adha, dua orang anak perempuan sedang bersama Aisyah di dalam kamarnya menyanyikan sebuah lagu mengenai perang Bu’ath sambil memukul rebana.

“Rasulullah masuk,” kata Aisyah, “dan berbaring dengan wajahnya dipalingkan. Lalu Abū Bakr masuk, dan mengomeliku, beliau berkata ‘Pantaskah alat musik setan dimainkan di rumah Rasulullah?’ Lalu Rasulullah menghadapkan wajahnya kepada Abū Bakr dan berkata, ‘Biarkan saja mereka, wahai Abū Bakr! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita[4].'"

Setelah beberapa lama, lalu Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) meminta teman-temannya itu keluar. Dan Nabi bertanya, apakah ia mau menonton orang-orang Habasyah yang sedang bermain perisai dan tombak di masjid? Maka Aisyah mengiyakannya.

“Demi Allah,” katanya, “Saya ingat Rasulullah berdiri di pintu kamarku, melindungiku dengan jubah panjangnya, sehingga aku bisa melihat bagaimana permainan olahraga orang-orang Habasyah yang memainkan lembing mereka di dalam masjid Rasulullah .[5] Beliau terus berdiri sampai pada saat aku merasa cukup dan masuk lagi, maka kalian dapat dengan mudah membayangkan bagaimana seorang gadis kecil yang menikmati permainan itu.”

Beberapa orang barangkali memandang bahwa pernikahan Muhammad dan Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) adalah sebagai sebuah pengecualian. Pasangan ini sendiri terdiri dari dua orang eksepsional. Nabi Muhammad adalah nabi terakhir dan makhluk terbaik; sementara Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) adalah gadis yang pintar dan setia dengan ingatan yang sangat baik. Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) menghabiskan sembilan tahun hidupnya bersama Nabi , dan dia hidup dalam lingkungan perempuan dewasa. Dia mengingat semua yang dilihatnya dan yang didengarnya dengan sangat jelas, sebagai istri Nabi bahkan juga lebih daripada itu.



Klik Untuk Lanjutkan Membaca :

 

Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad

Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad

Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy

Tahun Dukacita (عام الحزن)

Peristiwa Thaif

Saudah Binti Zam'ah

Peristiwa Isra Mi'raj

Permulaan Hijrah Ke Yatsrib

Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi 

Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits

Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang

الإفْكِ Berita Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)

Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong 


[1] Aisyah lahir di Mekkah empat atau lima tahun setelah misi kenabian. Aisyah bersama saudarinya, Asma, masuk Islam saat mereka masih kecil dan ummat muslim masih sebagai minoritas. Ayahnya adalah as-Siddiq, Khulafa ar-Rasyidin, ‘Abu Bakr ‘Abdullah ibn Abu Quhafah ,Uthman ibn ‘Amir ibn ‘Amr ibn Ka’b ibn Sa’d ibn Taym ibn Murrah ibn Ka’b ibn Lu’ayy yang berasal dari suku Quraisy. Silsilahnya bertemu dengan Nabi () pada Murrah ibn Ka’b.

Ibundanya adalah sahabat Nabi yang patut dimuliakan, bernama Ummu Ruman binti ‘Amir ibn ‘Uwaymir ibn ‘AbdShams yang berasal dari suku Banu Kinanah. Dia masuk Islam saat Islam masih permulaan dan berbaiat kepada Nabi (), dan kemudian ikut hijrah ke kota Madinah. (Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of Prophet Muhammad Their Strives and Their Lives. Islamic INC. Publishing and Distribution 8 As-Sayeda Zainab Sq.Cairo. Egypt Translated to English, Edited, and Prepared by: Al-Falah Foundation 24 Tairan st. Nasr city, Cairo, Egypt Tel & Fax: 2622838. PDF. Tanpa tahun).

[2] حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ هِشَامٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ وَاللَّفْظُ لِأَبِي الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرِيتُكِ فِي الْمَنَامِ ثَلَاثَ لَيَالٍ جَاءَنِي بِكِ الْمَلَكُ فِي سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ فَيَقُولُ هَذِهِ امْرَأَتُكَ فَأَكْشِفُ عَنْ وَجْهِكِ فَإِذَا أَنْتِ هِيَ فَأَقُولُ إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ جَمِيعًا عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

Telah menceritakan kepada kami [Khalaf bin Hisyam] dan [Abu Ar Rabi'] seluruhnya dari [Hammad bin Zaid] dan lafazh ini milik Abu Ar Rabi'; Telah menceritakan kepada kami [Hammad]; Telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Bapaknya] dari ['Aisyah] dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Hai Aisyah, dulu kamu diperlihatkan kepadaku selama tiga malam dalam mimpiku. Seorang malaikat datang membawamu kepadaku dengan beragam sutera." Malaikat itu berkata, "Hai Muhammad, inilah isterimu!" Kemudian aku buka cadar wajahmu dan ternyata ia itu adalah Kamu. Maka aku katakan, 'Jika mimpi ini berasal dan Allah, niscaya Dia akan merealisasikannya." Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair]; Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Idris]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib]; Telah menceritakan kepada kami [Abu Usamah] seluruhnya dari [Hisyam] melalui jalur ini dengan Hadis yang serupa. (https://carihadis.com/Shahih_Muslim/=tiga%20malam) (Shahih Muslim No.4468)

[3]

 حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ وَجَدْتُ فِي كِتَابِي عَنْ أَبِي أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِي وَأَنَا بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ قَالَتْ فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَوُعِكْتُ شَهْرًا فَوَفَى شَعْرِي جُمَيْمَةً فَأَتَتْنِي أُمُّ رُومَانَ وَأَنَا عَلَى أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبِي فَصَرَخَتْ بِي فَأَتَيْتُهَا وَمَا أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي فَأَخَذَتْ بِيَدِي فَأَوْقَفَتْنِي عَلَى الْبَابِ فَقُلْتُ هَهْ هَهْ حَتَّى ذَهَبَ نَفَسِي فَأَدْخَلَتْنِي بَيْتًا فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقُلْنَ عَلَى الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِنَّ فَغَسَلْنَ رَأْسِي وَأَصْلَحْنَنِي فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضُحًى فَأَسْلَمْنَنِي إِلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala`(1) telah menceritakan kepada kami Abu Usamah(2). Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah(3) dia berkata; Saya mendapatkan dalam kitabku dari Abu Usamah(2) dari Hisyam(5) dari ayahnya(6) dari 'Aisyah(7) dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahiku waktu saya berumur enam tahun, dan memboyongku (membina rumah tangga denganku) ketika saya berusia sembilan tahun." 'Aisyah berkata; "Sesampainya di Madinah, saya jatuh sakit selama sebulan, hingga rambutku pada rontok. setelah sembuh, Ummu Ruman mendatangiku, ketika itu saya sedang bermain-main bersama kawan-kawanku, lantas dia memanggilku, dan saya mendatanginya, namun saya tidak tahu apa yang dia inginkan dariku, kemudian dia memegang tanganku dan membawaku sampai ke pintu rumah, (saya terengah-engah) sambil menarik nafas; hah…hah… sehingga nafasku lega kembali. Kamudian saya dibawa masuk kedalam rumah, tiba-tiba di sana telah menunggu beberapa wanita Anshar. Mereka mengucapkan selamat dan kebaikan kepadaku, lantas Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka, akhirnya mereka membersihkan kepalaku dan mendandaniku, pada waktu dluha, betapa terkejutnya saya ketika melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam muncul di tempat kami, kemudian mereka menyerahkanku kepada beliau."
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/2547

[4]

 حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ ابْنَ شِهَابٍ حَدَّثَهُ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا جَارِيَتَانِ فِي أَيَّامِ مِنًى تُغَنِّيَانِ وَتَضْرِبَانِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسَجًّى بِثَوْبِهِ فَانْتَهَرَهُمَا أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ عَنْهُ وَقَالَ دَعْهُمَا يَا أَبَا بَكْرٍ فَإِنَّهَا أَيَّامُ عِيدٍ وَقَالَتْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي بِرِدَائِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ إِلَى الْحَبَشَةِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ وَأَنَا جَارِيَةٌ فَاقْدِرُوا قَدْرَ الْجَارِيَةِ الْعَرِبَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ

Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al `Aili(1) telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb(2) telah mengabarkan kepadaku Amru(3) bahwa Ibnu Syihab(4) telah menceritakan kepadanya dari Urwah(5) dari Aisyah(6) bahwa pada hari-hari di Mina Abu Bakar masuk ke dalam rumahnya, sementara di tempatnya terdapat dua orang budak wanita yang sedang bernyanyi dan memukul rebana, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menutup diri dengan kainnya. Kemudian Abu Bakar pun menghentikan keduanya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun menyingkap kainnya dan bersabda: "Biarkanlah keduanya, wahai Abu Bakar. Karena hari-hari ini adalah hari raya." Aisyah berkata; "Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menutupiku dengan kainnya, sementara saya sedang melihat kepada orang-orang Habasyah yang sedang bermain. Saya adalah seorang anak wanita, karena itu berilah kesempatan kepada para anak wanita untuk bermain." https://carihadis.com/Shahih_Muslim/1480

[5] Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press  Kitab Dua Hari Raya Not 509. "Hari itu adalah hari raya, di mana orang Sudan (dalam satu riwayat: orang-orang Habasyah 1/117) bermain perisai dan tombak di dalam masjid. Barangkali saya yang meminta kepada Nabi atau barangkali beliau sendiri yang mengatakan kepadaku, 'Apakah engkau ingin melihat?' Saya menjawab, 'Ya.' Saya disuruhnya berdiri di belakang beliau di depan pintu kamarku. Beliau melindungiku dengan selendang beliau, sedang aku melihat permainan mereka di dalam masjid. Lalu, ‘Umar[2] menghardik mereka. Kemudian Nabi bersabda, 'Biarkanlah mereka.' (4/162) Maka, saya terus menyaksikan (6/147) sedang pipiku menempel pada pipi beliau, dan beliau berkata, 'Silakan (dan dalam satu riwayat: aman) wahai bani Arfidah!' Sehingga, ketika aku sudah merasa bosan, beliau bertanya, 'Sudah cukup?' Aku menjawab, 'Cukup.' Beliau bersabda, 'Kalau begitu, pergilah.'" (Maka, perkirakanlah sendiri wanita yang masih muda usia, yang senang sekali terhadap permainan. 6/159)

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler