PERNIKAHAN ‘AISYAH DENGAN NABI ﷺ
[1]
Secara bertahap ummat islam yang masih berada di Mekkah mulai meninggalkan kota dan bergerak menuju Madinah untuk bergabung dengan Nabi yang mereka cintai. Di antara mereka terdapat seorang gadis yang bernama Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ), puteri Abū Bakr. Segera setelah tiba di Madinah, Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) yang ketika itu berusia Sembilan tahun, menikah dengan Nabi Muhammad ﷺ, yang saat itu berusia limapuluhempat tahun. Pada titik ini Aisyah meninggalkan rumahtangga keluarganya dan bergabung dengan Nabi Muhammad ﷺ. Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ pernah mengatakan padanya bahwa Jibril datang pada Nabi dan memperlihatkan pada Nabi gambarnya (Aisyah) pada selembar sutera berwarna hijau dan berkata, “Dia adalah istrimu di dunia ini dan di dunia yang akan datang[2].”
Mengenai pernikahannya, dia mengisahkan
bahwa sesaat sebelum meninggalkan rumah orangtuanya, dia menyelinap ke lapangan
untuk bermain bersama teman-temannya. "Aku bermain di atas papan ayunan
dan rambutku yang panjang sampai-sampai menjadi tak beraturan,” katanya.
“Mereka datang ke tempatku bermain lalu mempersiapkanku.”
Mereka memakaikan padanya pakaian
pernikahan yang terbuat dari kain berwarna merah dari Bahrain kemudian
ibundanya membawanya pada sebuah rumah yang baru dibangun dimana beberepa orang
perempuan kaum Anshar telah menunggunya di luar pintu. Mereka menyambutnya
dengan kata-kata, “Demi kebaikan dan kebahagiaan, semoga semuanya berjalan
baik.”[3]
Kemudian, di hadapan Nabi ﷺ
yang tersenyum bahagia semangkuk susu dibawakan. Nabi meminum susu dari mangkuk
itu dan menawarkannya pada Aisyah.
Dengan malu-malu Aisyah menolaknya, namun ketika Nabi ﷺ memintanya dengan sungguh-sungguh barulah
Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) meminumnya dan menawarkan semangkuk susu itu
pada saudara perempuannya - Asma - yang duduk di sebelahnya. Hadirin yang lain
juga minum dari mangkuk itu, dan kenyataan bahwa semua itu pada saat itu adalah
sebuah upacara perkawinan yang sederhana dan khidmat.
Pernikahan Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
dengan Nabi ﷺ
tidak mengubah kebiasaan Aisyah bermain, dan teman-teman bermainnya pun tetap
datang mengunjunginya di dalam kamarnya.
"Aku baru akan bermain boneka,”
suatu kali dia berkata, “dengan anak-anak perempuan yang merupakan teman-temanku,
dan Nabi ﷺ
baru saja akan masuk ke dalam dan mereka (teman-teman Aisyah) sesegera itu
bermaksud menyelinap keluar rumah tapi Nabi memanggil dan membawa mereka balik
lagi dari luar, itu karena Nabi berkenan aku bersama mereka disana.” Suatu
ketika Nabi pernah berkata “Diamlah, tetap disana,” sebelum mereka punya
kesempatan untuk pergi, dan bahkan bergabung dalam permainan mereka.
“Satu hari,” Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
berkata, “Nabi ﷺ
masuk saat aku sedang bermain dengan bonekaku dan berkata, ‘Aisyah, gerangan
permainan apakah ini?’ ‘Ini adalah kuda-kuda Sulaiman,’ jawabku, dan beliau
tertawa.”
Pada kesempatan yang lain, saat itu
Iedul Adha, dua orang anak perempuan sedang bersama Aisyah di dalam kamarnya
menyanyikan sebuah lagu mengenai perang Bu’ath sambil memukul rebana.
“Rasulullah ﷺ masuk,” kata Aisyah, “dan berbaring dengan
wajahnya dipalingkan. Lalu Abū Bakr masuk, dan mengomeliku, beliau berkata
‘Pantaskah alat musik
setan dimainkan di rumah Rasulullah?’ Lalu Rasulullah ﷺ menghadapkan wajahnya kepada Abū Bakr dan
berkata, ‘Biarkan saja mereka, wahai
Abū Bakr! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari
raya kita[4].'"
Setelah beberapa lama, lalu Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
meminta teman-temannya itu keluar. Dan Nabi bertanya, apakah
ia mau menonton orang-orang Habasyah yang sedang bermain perisai dan tombak di
masjid? Maka Aisyah mengiyakannya.
“Demi Allah,” katanya, “Saya ingat
Rasulullah ﷺ
berdiri di pintu kamarku, melindungiku dengan jubah panjangnya, sehingga aku
bisa melihat bagaimana permainan olahraga orang-orang Habasyah yang memainkan
lembing mereka di dalam masjid Rasulullah ﷺ.[5]
Beliau terus berdiri sampai pada saat aku merasa cukup dan masuk lagi, maka
kalian dapat dengan mudah membayangkan bagaimana seorang gadis kecil yang
menikmati permainan itu.”
Klik Untuk Lanjutkan Membaca :
Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad
Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy
Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi ﷺ
Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang
الإفْكِ Berita
Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ)
Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong
[1] Aisyah lahir
di Mekkah empat atau lima tahun setelah misi kenabian. Aisyah bersama
saudarinya, Asma, masuk Islam saat mereka masih kecil dan ummat muslim masih
sebagai minoritas. Ayahnya adalah as-Siddiq, Khulafa ar-Rasyidin, ‘Abu Bakr
‘Abdullah ibn Abu Quhafah ,Uthman ibn ‘Amir ibn ‘Amr ibn Ka’b ibn Sa’d ibn Taym
ibn Murrah ibn Ka’b ibn Lu’ayy yang berasal dari suku Quraisy. Silsilahnya
bertemu dengan Nabi (ﷺ)
pada Murrah ibn Ka’b.
Ibundanya
adalah sahabat Nabi yang patut dimuliakan, bernama Ummu Ruman binti ‘Amir ibn
‘Uwaymir ibn ‘AbdShams yang berasal dari suku Banu Kinanah. Dia masuk Islam
saat Islam masih permulaan dan berbaiat kepada Nabi (ﷺ), dan kemudian ikut hijrah ke kota Madinah. (Muhammad Fathi Mus’ad, The Wives of
Prophet Muhammad Their Strives and Their Lives. Islamic INC. Publishing and
Distribution 8 As-Sayeda Zainab Sq.Cairo. Egypt Translated to
English, Edited, and Prepared by: Al-Falah
Foundation 24 Tairan st. Nasr city, Cairo, Egypt Tel & Fax: 2622838.
PDF. Tanpa tahun).
[2] حَدَّثَنَا خَلَفُ
بْنُ هِشَامٍ وَأَبُو الرَّبِيعِ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ وَاللَّفْظُ
لِأَبِي الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُرِيتُكِ فِي الْمَنَامِ ثَلَاثَ لَيَالٍ جَاءَنِي بِكِ الْمَلَكُ فِي
سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ فَيَقُولُ هَذِهِ امْرَأَتُكَ فَأَكْشِفُ عَنْ وَجْهِكِ
فَإِذَا أَنْتِ هِيَ فَأَقُولُ إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ
حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو
كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ جَمِيعًا عَنْ هِشَامٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
نَحْوَهُ
Telah
menceritakan kepada kami [Khalaf bin Hisyam] dan [Abu Ar Rabi'] seluruhnya dari
[Hammad bin Zaid] dan lafazh ini milik Abu Ar Rabi'; Telah menceritakan kepada
kami [Hammad]; Telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari [Bapaknya] dari
['Aisyah] dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
bersabda: "Hai Aisyah, dulu kamu diperlihatkan kepadaku selama tiga malam dalam
mimpiku. Seorang malaikat datang membawamu kepadaku dengan beragam
sutera." Malaikat itu berkata, "Hai Muhammad, inilah isterimu!"
Kemudian aku buka cadar wajahmu dan ternyata ia itu adalah Kamu. Maka aku
katakan, 'Jika mimpi ini berasal dan Allah, niscaya Dia akan
merealisasikannya." Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Numair]; Telah
menceritakan kepada kami [Ibnu Idris]; Demikian juga diriwayatkan dari jalur
lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib]; Telah menceritakan
kepada kami [Abu Usamah] seluruhnya dari [Hisyam] melalui jalur ini dengan
Hadis yang serupa. (https://carihadis.com/Shahih_Muslim/=tiga%20malam) (Shahih Muslim No.4468)
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ
الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي
شَيْبَةَ قَالَ وَجَدْتُ فِي كِتَابِي عَنْ أَبِي أُسَامَةَ عَنْ هِشَامٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِسِتِّ سِنِينَ وَبَنَى بِي وَأَنَا بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ
قَالَتْ فَقَدِمْنَا الْمَدِينَةَ فَوُعِكْتُ شَهْرًا فَوَفَى شَعْرِي جُمَيْمَةً
فَأَتَتْنِي أُمُّ رُومَانَ وَأَنَا عَلَى أُرْجُوحَةٍ وَمَعِي صَوَاحِبِي
فَصَرَخَتْ بِي فَأَتَيْتُهَا وَمَا أَدْرِي مَا تُرِيدُ بِي فَأَخَذَتْ بِيَدِي
فَأَوْقَفَتْنِي عَلَى الْبَابِ فَقُلْتُ هَهْ هَهْ حَتَّى ذَهَبَ نَفَسِي
فَأَدْخَلَتْنِي بَيْتًا فَإِذَا نِسْوَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقُلْنَ عَلَى
الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَعَلَى خَيْرِ طَائِرٍ فَأَسْلَمَتْنِي إِلَيْهِنَّ
فَغَسَلْنَ رَأْسِي وَأَصْلَحْنَنِي فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا وَرَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضُحًى فَأَسْلَمْنَنِي إِلَيْهِ
Telah menceritakan
kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al 'Ala`(1) telah menceritakan kepada kami
Abu Usamah(2). Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami
Abu Bakar bin Abi Syaibah(3) dia berkata; Saya mendapatkan dalam kitabku dari
Abu Usamah(2) dari Hisyam(5) dari ayahnya(6) dari 'Aisyah(7) dia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menikahiku waktu saya berumur
enam tahun, dan memboyongku (membina rumah tangga denganku) ketika saya berusia
sembilan tahun." 'Aisyah berkata; "Sesampainya di Madinah, saya jatuh
sakit selama sebulan, hingga rambutku pada rontok. setelah sembuh, Ummu Ruman
mendatangiku, ketika itu saya sedang bermain-main bersama kawan-kawanku, lantas
dia memanggilku, dan saya mendatanginya, namun saya tidak tahu apa yang dia
inginkan dariku, kemudian dia memegang tanganku dan membawaku sampai ke pintu
rumah, (saya terengah-engah) sambil menarik nafas; hah…hah… sehingga nafasku
lega kembali. Kamudian saya dibawa masuk kedalam rumah, tiba-tiba di sana telah
menunggu beberapa wanita Anshar. Mereka mengucapkan selamat dan kebaikan
kepadaku, lantas Ummu Ruman menyerahkanku kepada mereka, akhirnya mereka
membersihkan kepalaku dan mendandaniku, pada waktu dluha, betapa terkejutnya
saya ketika melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam muncul di tempat
kami, kemudian mereka menyerahkanku kepada beliau."
https://carihadis.com/Shahih_Muslim/2547
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ
الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ ابْنَ شِهَابٍ
حَدَّثَهُ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا
وَعِنْدَهَا جَارِيَتَانِ فِي أَيَّامِ مِنًى تُغَنِّيَانِ وَتَضْرِبَانِ
وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسَجًّى بِثَوْبِهِ
فَانْتَهَرَهُمَا أَبُو بَكْرٍ فَكَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ عَنْهُ وَقَالَ دَعْهُمَا
يَا أَبَا بَكْرٍ فَإِنَّهَا أَيَّامُ عِيدٍ وَقَالَتْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتُرُنِي بِرِدَائِهِ وَأَنَا أَنْظُرُ
إِلَى الْحَبَشَةِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ وَأَنَا جَارِيَةٌ فَاقْدِرُوا قَدْرَ
الْجَارِيَةِ الْعَرِبَةِ الْحَدِيثَةِ السِّنِّ
Telah
menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al `Aili(1) telah menceritakan kepada
kami Ibnu Wahb(2) telah mengabarkan kepadaku Amru(3) bahwa Ibnu Syihab(4) telah
menceritakan kepadanya dari Urwah(5) dari Aisyah(6) bahwa pada hari-hari di
Mina Abu Bakar masuk ke dalam rumahnya, sementara di tempatnya terdapat dua
orang budak wanita yang sedang bernyanyi dan memukul rebana, sementara
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menutup diri dengan kainnya. Kemudian
Abu Bakar pun menghentikan keduanya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pun menyingkap kainnya dan bersabda: "Biarkanlah keduanya, wahai
Abu Bakar. Karena hari-hari ini adalah hari raya." Aisyah berkata;
"Saya melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menutupiku dengan
kainnya, sementara saya sedang melihat kepada orang-orang Habasyah yang sedang
bermain. Saya adalah seorang anak wanita, karena itu berilah kesempatan
kepada para anak wanita untuk bermain." https://carihadis.com/Shahih_Muslim/1480
[5] Ringkasan
Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press Kitab Dua Hari Raya Not 509. "Hari itu
adalah hari raya, di mana orang Sudan (dalam satu riwayat: orang-orang Habasyah
1/117) bermain perisai dan tombak di dalam masjid. Barangkali saya yang meminta
kepada Nabi atau barangkali beliau sendiri yang mengatakan kepadaku, 'Apakah
engkau ingin melihat?' Saya menjawab, 'Ya.' Saya disuruhnya berdiri di belakang
beliau di depan pintu kamarku. Beliau melindungiku dengan selendang beliau,
sedang aku melihat permainan mereka di dalam masjid. Lalu, ‘Umar[2]
menghardik mereka. Kemudian Nabi bersabda, 'Biarkanlah mereka.' (4/162) Maka,
saya terus menyaksikan (6/147) sedang pipiku menempel pada pipi beliau, dan
beliau berkata, 'Silakan (dan dalam satu riwayat: aman) wahai bani Arfidah!'
Sehingga, ketika aku sudah merasa bosan, beliau bertanya, 'Sudah cukup?' Aku
menjawab, 'Cukup.' Beliau bersabda, 'Kalau begitu, pergilah.'" (Maka,
perkirakanlah sendiri wanita yang masih muda usia, yang senang sekali terhadap
permainan. 6/159)