TAHUN DUKACITA (عام الحزن)
Akhirnya, boikot dari kaum Quraisy itu dicabut dan kaum muslimin diijinkan kembali memasuki kota. Namun tiga tahun yang berat itu telah meminta korban. Pertama, paman Nabi, Abu Thalib yang ketika itu berusia lebih dari delapanpuluh tahun, meninggal; dan beberapa bulan kemudian, di bulan Ramadhan, Khadijah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ) juga meninggal di usia enampuluhlima tahun.
Nabi Muhammad ﷺ merasa
benar-benar berduka atas kepergian istrinya itu. Mereka telah menjalani
pernikahan selama duapuluhlima tahun. Khadijah bahkan telah melahirkan lima
anak untuk mereka. Selain Khadijah, hanya satu istri Nabi
yang nanti akan datang, ‘Maria orang Koptik’, yang memberi Nabi seorang putera
yang diberi nama Ibrahim. Dan sebagaimana Qasim, Ibrahim pun ditakdirkan
meninggal ketika masih sangat kecil, di usia delapanbelas bulan.
Khadijah adalah orang pertama yang
mengumumkan keimanan dan penerimaannya bahwa Muhammad ﷺ adalah utusan Allah, dan dia tak pernah
berhenti melakukan apa saja yang dia mampu untuk membantu. Cinta dan kasih
sayang telah tumbuh antara Nabi ﷺ dan Khadijah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ).
Kasih sayang mereka terus tumbuh secara kualitas, dan semakin mendalam sepanjang
tahun-tahun yang dilalui, bahkan kematian tak dapat merampas cinta mereka.
Nabi Muhammad ﷺ tak pernah berhenti mencintai Kahdijah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ), dan bahkan setelah beliau menikahi
beberapa istri lainnya di tahun-tahun berikutnya dan juga mencintai mereka
semua, jelas terlihat bahwa Khadijah selalu memiliki tempat khusus di hatinya.
Bahkan kapan saja Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ), istri ketiganya
mendengar Nabi membicarakan Khadijah, atau melihat Nabi mengirimi makanan untuk
teman-teman dan kerabat Khadijah, Aisyah tak dapat menahan rasa cemburunya,
karena rasa cinta Nabi pada Khadijah yang masih begitu besar.
Suatu ketika Aisyah (رضي الله ﻋﻧﻬﺎ)
pernah bertanya apakah hanya Khadijah yang pantas untuk cinta Nabi? Nabi ﷺ menjawab:
“Dia mempercayaiku ketika tak ada
seorang pun melakukannya, dia menerima Islam ketika orang-orang menolakku, dan
dia menolong serta membuatku merasa nyaman ketika tak seorang pun yang lain
yang menjulurkan tangan untuk membantuku.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah (رضي الله عنه),
pada suatu ketika, ketika Khadijah masih hidup, Jibril datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, “Ya Rasulullah, sebentar lagi
akan datang padamu Khadijah dengan membawa semangkuk sup (makanan atau
minuman). Saat dia tiba di hadapanmu, sampaikan salam padanya dari Tuhannya dan
juga dari aku, dan sampaikan pula padanya kabar gembira dari istana permata di
surga, tempat dimana tak akan terasa kebisingan dan rasa lelah.”[1]
Sebagaimana juga
dicatat pada hadits-hadits berikut ini:
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ قَالَ كَتَبَ
إِلَيَّ هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا
غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ
عَلَى خَدِيجَةَ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي لِمَا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا
وَأَمَرَهُ اللَّهُ أَنْ يُبَشِّرَهَا بِبَيْتٍ مِنْ قَصَبٍ وَإِنْ كَانَ
لَيَذْبَحُ الشَّاةَ فَيُهْدِي فِي خَلَائِلِهَا مِنْهَا مَا يَسَعُهُنَّ
Telah bercerita kepada kami [Sa'id bin 'Ufair[2]] telah
bercerita kepada kami [Al Laits[3]]
berkata; [Hisyam[4]] menulis surat kepadaku
yang katanya isinya dari [bapaknya[5]] dari
['Aisyah radliallahu 'anha[6]]
berkata; "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah.
Padahal ia meninggal dunia sebelum beliau menikahi aku. Dan disebabkan aku
sering mendengar beliau menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan Allah
memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan
mendapatkan rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak). Dan apabila beliau
menyembelih kambing, beliau selalu menghadiahkan bagian kambing itu untuk
teman-temannya Khadijah apa yang dapat mencukupi mereka". (Shahih Bukhari
hadis nomor 3532 https://carihadis.com/Shahih_Bukhari/3532)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيجَةَ
مِنْ كَثْرَةِ ذِكْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِيَّاهَا قَالَتْ وَتَزَوَّجَنِي بَعْدَهَا بِثَلَاثِ سِنِينَ وَأَمَرَهُ رَبُّهُ
عَزَّ وَجَلَّ أَوْ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام أَنْ يُبَشِّرَهَا بِبَيْتٍ فِي
الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ
Telah bercerita kepada kami [Qutaibah bin 'Sa'id[7]] telah
bercerita kepada kami [Humaid bin 'Abdur Rahman[8]] dari
[Hisyam bin 'Urwah[9]] dari [bapaknya[10]] dari
['Aisyah radliallahu 'anha[11]]
berkata; "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang wanita sebagaimana
kecemburuanku terhadap Khadijah karena seringnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjugnya) 'Aisyah radliallahu 'anha
berkata; "Beliau menikahi aku tiga tahun setelah Khadijah meninggal dunia
dan Rabbnya 'azza wajalla memerintahkan beliau atau memerintahkan Jibril
'alaihis salam untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan
rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak) ". (Shahih Bukhari hadis nomor
3533)[12]
Klik Untuk Lanjutkan Membaca :
Pernikahan Khadijah Dengan Muhammad
Permulaan Turunnya Wahyu Kepada Muhammad
Penolakan Dan Ancaman Kaum Quraisy
Pernikahan ‘Aisyah Dengan Nabi ﷺ
Peran ‘Aisyah Sebagai Perempuan Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadits
Peran ‘Aisyah Dan Istri-Istri Nabi Dalam Perang
الإفْكِ Berita
Bohong Yang Menimpa ‘Aisyah (رضي
الله ﻋﻧﻬﺎ)
Hukuman yang Ditimpakan kepada Para Pembawa Berita Bohong
[1] Hadits riwayat Abu
Hurairah (رضي
الله ﻋﻧﮫ), ia berkata:
Jibril datang kepada Nabi (ﷺ) dan berkata: Wahai Rasulullah, ini
Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau
makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya
dari Tuhannya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga dariku dan kabarkanlah
berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari
mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kesusahan. (Shahih Muslim No.4460)
[2] Sa'id bin
Katsir bin 'Ufair bin Muslimbin Yazid, Al Anshariy, Abu 'Utsman, Tabi'ul Atba'
kalangan tua, wafat tahun 226 H, hidup di Maru.
[3]Laits bin
Sa'ad bin 'Abdur Rahman, Al Fahmiy, Abu Al Harits, Tabi'ut Tabi'in kalangan
tua, wafat tahun 175 H, hidup di Maru.
[4] Hisyam bin
'Urwah bin Az Zubair bin Al 'Awwam, Al Asadiy, Abu Al Mundzir, Tabi'ul Atba'
kalangan tua, wafat tahun 145 H, hidup di Madinah, wafat di Baghdad.
[5] Urwah bin Az
Zubair bin Al 'Awwam bin Khuwailid bin Asad bin 'Abdul 'Izzi bin Qu, Al Asadiy,
Abu 'Abdullah , Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 93 H, hidup di
Madinah.
[6] Aisyah binti
Abi Bakar Ash Shiddiq, At Taymiyyah, Ummu 'Abdullah, Ummu Al Mu'minin,
Shahabat, wafat tahun 58 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.
[7] Qutaibah bin
Sa'id bin Jamil bin Tharif bin 'Abdullah , Ats Tsaqafiy Al Baghlaniy, Abu
Raja', Tabi'ul Atba' kalangan tua, wafat tahun 240 H, hidup di Himsh.
[8] Humaid bin
'Abdur Rahman bin Humaid bin 'Abdur Rahman, Ar Ru`asi, Abu 'Ali, Abu 'Auf,
Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 189 H, hidup di Kufah.
[9] Hisyam bin
'Urwah bin Az Zubair bin Al 'Awwam, Al Asadiy, Abu Al Mundzir, Tabi'ul Atba'
kalangan tua, wafat tahun 145 H, hidup di Madinah, wafat di Baghdad.
[10] Urwah bin Az
Zubair bin Al 'Awwam bin Khuwailid bin Asad bin 'Abdul 'Izzi bin Qu, Al Asadiy,
Abu 'Abdullah , Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 93 H, hidup di
Madinah.
[11] Aisyah binti
Abi Bakar Ash Shiddiq, At Taymiyyah, Ummu 'Abdullah, Ummu Al Mu'minin,
Shahabat, wafat tahun 58 H, hidup di Madinah, wafat di Madinah.