MEMBANGUN KEMBALI PERADABAN ISLAM
![]() |
Sistem Pertanian Modern Pada Zaman Dinasti Abbasiyah. ibtimes.id |
Ini adalah sebuah ide raksasa yang terlalu besar untuk diwujudkan ke dalam sebuah tulisan dengan ruang yang sangat sempit. Tapi, sesempit apapun ruang yang dimiliki, membangun ummat adalah kewajiban setiap insan yang telah menyatakan dirinya muslim. Karena tak ada yang mustahil setelah segalanya disandarkan kepada Allah, TUHAN YANG MEMILIKI ARSY YANG AGUNG.
Disebutkan susah dan sempit
adalah karena begitu deras dan kompleksnya tantangan yang dihadapi umat Islam baik
dari dalam maupun dari luar. Dari dalam kita mendapatkan tantangan misalnya dari
kaum-kaum yang terlanjur snob dan pengekor yang mengidap penyakit sepilis
(sekularisme, pluralisme dan liberalism) yang bangga menyandang label
cendekiawan muslim tapi giat mempromosikan dan menyebarkan faham relativisme
dan sikap skeptic, keraguan pada kebenaran hakiki;
serta masih kurangnya penggalian potensi yang dimiliki umat
islam sendiri. Sementara dari luar, umat islam mendapat tantangan yang begitu
gagah berani, yang didukung kemampuan
kapital,
material, ekonomikal, politikal yang
jauh di atas yang dimiliki umat islam. Namun demikian, tidaklah mustahil jika
umat islam mampu kembali menjangkau apa yang sesungguhnya dia miliki. Al-Qur’an
yang tak ada keraguan di dalamnya, yang menjadi acuan dan petunjuk kepada jalan
ketakwaan, dan as-sunnah yang mampu menjabarkan sikap-sikap dan tradisi nabi
SAW ketika beliau memperlihatkan proyek percontohan peradaban masa depan pada
Negara kota Madinah al-Munawarah.
تنزِلُ المعونَةُ مِنَ السماءِ علَى قَدْرِ المؤْنَةِ ، وينزلُ الصبرُ على
قدرِ المصيبةِ
الراوي : أبو هريرة | المحدث : الألباني | المصدر : صحيح الجامع
الصفحة أو الرقم: 3001 | خلاصة حكم المحدث : صحيح
التخريج : أخرجه ابن عساكر في ((تاريخ
دمشق)) (15/400)
https://www.dorar.net/hadith/sharh/121368
Dan Ibn Katsir mengetengahkan
hadith ini ketika beliau membahas Surah Alam Nasyrah:
قَالَ الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ:
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا خَارِجَةُ، عَنْ عَبَّادِ بْنِ
كَثِيرٍ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "نَزَّلَ
الْمَعُونَةَ مِنَ السَّمَاءِ عَلَى قَدْرِ الْمَؤُونَةِ، وَنَزَّلَ الصَّبْرَ
عَلَى قَدْرِ الْمُصِيبَةِ"
Al-Hasan ibnu Sufyan
mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Saleh, telah
menceritakan kepada kami Kharijah, dari Abbad ibnu Kasir, dari Abuz Zanad, dari
Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Pertolongan
diturunkan dari langit sesuai dengan kadar pembiayaan, dan kesabaran diturunkan
sesuai dengan kadar musibah.
Dan termasuk di antara
nasihat yang bersumber dari Imam Syafii disebutkan sebagai berikut:
صَبرا
جَميلا مَا أقرَبَ الفَرجا ... مَن رَاقَب اللَّهَ فِي الْأُمُورِ نَجَا ...
مَن صَدَق اللَّهَ لَم يَنَلْه أذَى ... وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا ...
Bersabarlah
dengan kesabaran yang baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Barang
siapa yang merasa dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah dalam semua
urusan, niscaya ia akan selamat.
Dan
barang siapa yang membenarkan janji Allah, niscaya tidak akan tertimpa oleh
musibah. Dan barang siapa yang berharap kepada Allah, maka akan terjadilah
seperti apa yang diharapkan.
Baca Juga:
Ashab al-Suffah dan Tradisi Intelektual Islam
Islam Menjadi Gagasan Seni yang Orisinal
Barat sebagai Tantangan dan Ghazwul Fikri
Kedudukan Ilmu dan Ulama dalam
Islam
Wallahu a’lam bishshawab.
Billahi taufiq wal hidayah…
Hasbiyallahu la ilaha illa
huwa alaihi tawakaltu wa huwa rabbul arsyladiem (At-Taubah: 129)
GJA, 11 RAJAB 1413 H/ 24 JUNI 2010 M.