Oleh: A. Hasan
Sebelum melanjutkan membaca, ada baiknya anda flashback dahulu kepada tulisan sebelumnya: “Manusia Dari Tanah”
A. Saya sebagai penganut sel, hendak bertanya, apa maksud Tuhan jadikan manusia, umpamanya?
B. Saya, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan kekuasaan-Nya
menjawab: Menurut pikiran, tak dapat saya katakan atau terka maksud Tuhan
menjadikan manusia. Tetapi menurut Agama, bahwa Tuhan jadikan manusia tidak
lain melainkan untuk menyembah-Nya dan beribadah kepada-Nya. Maka buat giliran
Tuan, dapatkah Tuan terangkan kepada saya apa maksud sel-sel jadi manusia itu?
A. Tidak dapat.
B. Kami beranggapan dan Agama kami pun berkata bahwa semua unggas
di udara, sekalian Binatang di muka bumi, segenap tumbuh-tumbuhan, setiap jenis
air, segala sesuatu di laut, Tuhan telah jadikan untuk manusia menggunakannya
bila mereka perlu atau mau kepaadanya. Maka buat giliran Tuan dapatkah Tuan
terangkan siapa dia yang telah sediakan benda-benda itu sebelum zhahir jenis
manusia di muka bumi ini?
A. Semua terjadi sendiri dengan berevolusi dan kebetulan, bukan
dengan diatur oleh siapa-siapa.
B. Kalau kejadian-kejadian itu dikatakan kebetulan, niscaya bertemu
dengan terlalu banyak kebetulan.
Sebelum ada
ikan-ikan di laut, sudah ada airnya. Sebelum ada ikan, pemakan ikan, kebetulan
sudah ada ikan-ikan yang lemah buat dimakan olehnya. Sebelum ada singa,
harimau, serigala dan sebangsanya, kebetulan sudah ada rusa pelanduk, kancil
dan lainnya buat jadi mangsa Binatang-binatang buas itu. Sebelum ada sapi,
kerbau, onta, kuda, kambing dan sebagainya, kebetulan sudah ada rumput dan
tumbuh-tumbuhan yang jadi bekal hidupnya.
Sebelum ada
manusia, kebetulan sudah tersedia api dan air untuk keperluannya, kebetulan
sudah ada gandum, padi dan sagu, udara dan Binatang-binatang di muka bumi buat
jadi lauknya, kebetulan sudah tersedia untuknya pisang, jeruk, anggur, sawo,
mangga, dan ratusan macam buah-buahan yang tidak kebetulan tersedia malainkan
untuk manusia?
A. Semua yang kita lihat di alam ini memanglah sudah ada Bersama
Tuhan ataukah dijadikan Tuhan?
B. Segala seluatu yang sudah ada, yang sedan gada dan yang aka
nada, dijadikan oleh Tuhan.
A. Di dalam perkataan “segala sesuatu yang ada”, termasuk juga
Tuhan. Dari itu, apakah Tuhan jadikan juga dirinya sendiri?
B. Ini pertanyaan orang yang hanya doyan bertanya dengan tidak
memikirkan isi pertanyaannya. Jika saya berkata, bahwa semua orang yang di
rumah ini anak dan cucu saya, apakah berarti bahwa diri saya sendiri pun dari
anak dan cucu saya?
A. Di dalam perkataan “segala sesuatu yang ada”, termasuk juga
benda di ala mini diadakan oleh Tuhan dari pada tidak ada, padahal Tuan tidak
mau terima pendirian kami bahwa dengan sebab evolusi terwujudlah
Bintang-bintang, manusia-manusia dan ruh-ruh yang duhulunya tidak ada.
B. Tuan mengakui bahwa sel-sel itu tidak berkuasa. Maka dapatkah
akal menerima bahwa satu benda yang asalnya tidak ada tetapi dengan sebab
sel-sel itu berevolusi Sahaja beberapa masa, lantas yang tidak ad aitu jadi
ada?
Adapun tentang
Tuhan, perkaranya tidak demikian. Tuhan bersifat “Maha Kuasa” pada mengadakan
apa yang Ia kehendaki.
Hal mengadakan
sesuatu dari pada tidak ada kepada ada, adalah rahasia Ketuhanan atau adalah ia
satu dari hasil pekerjaan sifat “Maha Kuasa”.
Maka adanya alam
dijadikan oleh Tuhan dengan segala isinya yang dahulunya tidak ada, bisa
diterima dengan mudah jika dibandingkan dengan teori kaum sel, bahwa semua
itu jadi dengan sebab evolusi yang tidak
mempunyai apa-apa kekuasaan, bahkan tidak pun mempunyai kemauan.
A. Tidakkah Tuan perhatikan bahwa kepercayaan manusia kepada adanya
Tuhan telah merusak dunia ini dengan nama Agama Tuhan, Perintah Tuhan, Larangan
Tuhan?
B. Pertanyaan Tuan biarlah saya jawab dengan ringkas dahulu;
kemudian, bolehlah kita luaskan.
Tuan beranggapan tidak ada Tuhan. Pada azal, tidak ada
lain dari sel-sel. Jiwa dan kemauan yang ada pada manusia datangnya lantaran
evolusi. Dari itu, mau tak mau, Tuan mesti akui bahwa kepercayaan kepada adanya
Tuhan datangnya dari evolusi, dan kerusakan di dunia datangnya dari evolusi,
dan penipuan yang manusia lakukan dengan nama sel dan atom dan Agama atau Tuhan
datangnya dari evolusi karena semua terjadi dari evolusi. Adapun jawaban yang
sedikit Panjang ialah bahwa manusia – dengan tidak memandang penganut sela tau
penganut Tuhan – sama keadaannya. Tetapi pada umumnya orang yang percaya kepada
Tuhan dan pembalasan-Nya tidak begitu berani sebagaimana keberanian orang yang
tidak ber-Tuhan. Karena orang yang tidak ber-Tuhan tidak ada penghalangnya dan
tidak ada penahannya dari dalam jiwanya.
Orang yang percaya kepada Tuhan dan percaya juga
kepada Agama Tuhan, lebih banyak lagi penghalang baginya daripada berbuat
kejahatan. Ia takut pembalasan Tuhan di dunia ini. Ia takut pembalasan-Nya di
Akhirat. Ia tidak senang walaupun hanya dimurkai oleh Tuhannya.
A. Banyak juga orang yang tidak ber-Tuhan dan tidak beragama
terhindar daripada berbuat kejahatan, karena kemanusiaan.
B. Orang yang beragama dan ber-Tuhan lebih banyak terhindar
daripada kejahatan disebabkan kemanusiaan, karena iapun manusia dan ditambah
dengan baktinya kepaada Tuhannya dan kepada Agamanya.
A. Jawaban Tuan tadi memberi arti bahwa manusia beserta
perbuatannya yang baik dan yang jahat dibikin oleh Tuhan.
B. Ya, betul begitu.
A. Jika demikian, mengapa Tuhan adakan surga sebagai tempat balasan
bagi orang yang kerjakan kebaikan, dan neraka sebagai tempat siksaan bagi orang
yang berbuat kejahatan, dan apa gunanya Ia perintah itu dan larang ini, dan
lain-lainnya?
B. Sesudah memperhatikan dan memikirkan alam dan lainnya, yang
berbentuk dan yang tidak berbentuk, yang dapat dilihat dan yang tidak dapat
dilihat, yang dapat diketahui dengan pengetahuan biasa dan yang tidak diketahui
melainkan dengan percobaan dan perhitungan, maka akal kami memaksa kami percaya
bahwa Tuhan itu tidak dapat tiada bersifat “Maha Mengetahui”.
A. Baiklah, apa maksud Tuan dengan sifat “Maha Mengetahui” itu?
B. Maksud saya, bahwa Tuhan jadikan saya dan di dalam diri saya. Ia
jadikan satu kekuatan untuk memilih sesuatu perbuatan yang baik atau yang
jahat; dan sebelum menjadikannya dan sesudahnya, Tuhan tahu apa yang akan
dipilih oleh kekuatan itu; oleh yang demikian, terpaksa percaya, bahwa semua
pekerjaan saya, baiknya dan jahatnya adalah dari Tuhan.
A. Apa salahnya jika Tuan percaya bahwa Tuhan jadikan di dalam
badan Tuan satu kekuatan buat memilih kebaikan atau kejahatan, tetapi Tuhan
sendiri tidak tahu apa yang akan dipilih oleh kekuatan itu, dan oleh yang
demikianlah ia adakan neraka dan surga?
B. Kalau saya percaya, bahwa sesuatu yang Tuhan jadikan itu Tuhan
sendiri tidak tahu apa yang sesuatu itu akan berbuat, berarti Tuhan tidak
bersifat “Maha Mengetahui”, bahkan sama dengan seorang pembikin sebilah pisau
yang tidak tahu apa-apa yang bakal dipotong oleh pisau itu.
Saya lebih suka dan
terpaksa – menurut pikiran – mempercayai bahwa semua perbuatan saya datangnya
dari Tuhan, walaupun saya terpaksa mengaku bahwa saya tidak mengerti mengapa
Tuhan yang membikin semua perbuatan saya, membikin juga surga dan neraka dan mengirim
Agama yang mengandung suruhan dan larangan. Saya lebih ridlo membodohkan diri
saya dengan kepercayaan yang baru saya sebut daripada mempercayai bahwa Tuhan
saya bodoh, tidak tahu apa yang bakal terjadi dari kekuatan pemilih yang Ia
telah jadikan di dalam diri saya.
Jelasnya, di dalam hal
tersebut orang bisa beriman dua macam.
Pertama, seorang
beriman bahwa Tuhan telah jadikan dia, dan telah jadikan surga dan neraka, dan
telah kirim Agama yang berperaturan ini wajib dikerjakan dan itu tidak boleh
dikerjakan. Dan ia beriman juga bahwa di dalam dirinya Tuhan telah adakan satu
kekuatan untuk memilih kebaaikan atau kejahatan, dan ia percaya pula bahwa
sebelum membikin kekuatan pemilih itu dan sesudahnya, Tuhan tahu apa yang akan
dipilih oleh kekuatan itu. Ini berarti segala sesuatu, jahat dan baik tidak
lain melainkan dari Tuhan.
Kedua, seseorang
beriman bahwa Tuhan telah jadikan dia dan telah jadikan surga dan neraka, dan
telaah jadikan ke dalam dirinya satu kekuatan buat memilih kebaikan atau
kejahatan, dan ia beriman pula bahwa ketika membikin kekuatan pemilih itu dan
sesudahnya, Tuhan tidak tahu apa yang akan dipilih olehnya. Ini berarti, bahwa
kejahatan yang ia berbuat tidak boleh ia salahkan siapa-siapa melainkan dirinya
sendiri, karena Tuhan sudah beri kepadanya satu perabot pemilih untuk ia
gunakan menurut sekehendaknya dengan tidak masuk campur padanya pengaruh dari
Tuhan, bahkan Tuhan tidak tahu.
Saya adalah dari golongan
yang beriman secara pertama. Selalu orang bertanya kapada saya: Apa arti Tuhan
sediakan perintah dan larangan, surga dan neraka apabila semua perbuatan tuan
terbitnya tidak lain melainkan dari Tuhan?
Pertanyaan itu saya
jawab, akal saya dengan tetap memaksa saya percaya:
I. Bahwa diri saya dijadikan oleh Tuhan.
II. Bahwa di dalam diri saya Tuhan ada jadikan satu kekuatan buat memilih jahat dan baik.
III. Bahwa sebelum dan sesudah menjadikannya Tuhan tahu bahwa kekuatan itu akan memilih beberapa banyak kejahatan atau beberapa banyak kebaikan.
IV. Bahwa kalau Tuhan mau, niscaya bisa Ia jadikan kekuatan itu memilih kebaikan Sahaja.
V. Bahwa Agama dan Rasul yang dikirim oleh Tuhan itu tidak kuat akal saya mendustakannya, dan saya percaya tidak siapa pun sanggup membuktikan kedustaanya.
VI. Bahwa di Agama itu Tuhan ada wajibkan beberapa perkara, dan haramkan beberapa perkara, dan ada sediakan ganjaran untuk kebaikan dan kejahatan.
Dari itu maka
akal saya mewajibkan beriman bahwa saya dan sekalian amal baik dan amal jahat
saya adalah dari kehendak Allah, tidak dari lainnya, karena tidak ada apapun
yang bisa bergerak jika tidak dengan kehendak-Nya; dan Bersama itu saya beriman
pula bahwa Tuhan ada sediakan surga dan neraka untuk jadi tempat pembalasan
orang-orang yang beramal baik dan jahat. Walaupun saya merasa bodoh, tidak
mengerti mengapa Tuhan yang berbuat semua perbuatan saya telah sediakan pembalasannya
bagi perbuatan-Nya sendiri.
Saya tidak malu
jadi bodoh, mengaku bodoh atau merasa bodoh di dalam urusan tersebut, karena
perkara yang saya tidak tahu di dalam dunia ada terlalu banyak.:
a. Saya tidak tahu apa dia sebenarnya akal?
b. Saya belum tahu apa yang dikatakan ruh kecuali satu kekuatan,
apabila ia pisah dari saya, dikatakan saya mati?
c.
Sering saya hendak kerjakan
satu kebaikan, tetapi dihalangi oleh satu kehendak lain dari diri saya sendiri,
hingga saya tidak mengerti siapa dia “saya” itu? Saya heran, di waktu saya
merasa menang maka di saat itu pula saya merasa kalah karena saya menang pada
menolak kejahatan yang hendak saya kerjakan, tetapi saya kalah pada
menghasilkan kejahatan yang saya hendak kerjakan!
d. Saya tidak mengerti bagaimana orang yang dihiptonis bisa tahu
apa yang terkandung di hati orang lain? Saya tidak mengerti bagaimana bisa ia
jalankan oto (mobil) dengan tertutup rapat matanya? Saya tidak mengerti
bagaimana ia bisa mengangkat benda berat yang tidak mampu diangkat oleh empat
orang?
e. Saya tidak mengerti mengapa Tuhan adakan penyakit dan adakan
obatnya pula; dan adakan racun dengan penawarnya?
f.
Orang berkata, bahwa Tuhan
jadikan ular buat memaakan tikus. Tetapi saya bertanya kepada saya: Mengapa Ia
jadikan juga ular yang memakan kambing dan anak sapi? Mengapa Ia tidak jadikan
tikus yang dengannya tidak perlu Ia jadikan ular pemakannya?
g. Saya belum faham mengapa labu dan semangka yang licin Tuhan
jadikan di bawah, sedang durian dan kelapa yang bisa membahayai Ia buahkan di
atas?
h. Saya tidak mengerti mengapa semangka dan kundru jauh lebih berat
daripada pohonnya, sedang beringin begitu jauh beda dengan buahnya?
i.
Saya tidak dapatkan
pikirkan apa gunanya Tuhan jadikan alam dengan segala isinya yang terlihat
pertentangan di dalam urusannya, atas dan bawah, kanan dan kiri, bumi dan
langit, siang dan malam, penyakit dan Penawar, kejahatan dan kebaikan, Jantan
dan betina, laki-laki dan Perempuan, kuat dan lemah, hina dan mulia, manis dan
pahit, dan lain-lainnya.
![]() |
Klik untuk mengunduh "Adakah Tuhan?" |
Lanjutkan membaca Tuhan pun Mesti Dijadikan.