Oleh: A. Hasan
Sebelum lanjut membaca artikel ini ada baiknya anda baca dahulu artikel (bab) sebelumnya, yaitu: Keadilan Tuhan.

Ringkasnya:
1.
Tuhan wajib ada.
2.
Tuhan mustahil tidak ada.
Dari pertanyaan-pertanyaan yang mustahil atau
yang membawa kepada kemustahilan, tidak boleh kita hadapkan kepada Tuhan lantaran
jawabannya akan membawa kepada kemustahilan.
Contohnya:
1. Tiap-tiap satu
benda mesti memenuhi kosongan - Mustahil ada benda yang tidak memenuhi kosongan. Disini janganlah kita bertanya: Bisakah Tuhan
membikin benda yang tidak memenuhi kosongan? Karena kalau dijawab Bisa,
niscaya tidak diterima oleh akal kita; dan jika dijawab Tidak Bisa,
niscaya memberi arti bahwa Tuhan itu lemah, sedang lemah itu mustahil ada pada Tuhan.
2. Hitungan tidak
berkesudahan – Mustahil ia berkesudahan. Janganlah kita bertanya: Bisakah Tuhan membikin
hitungan itu berkesudahan? Karena jika dijawab Bisa, tentu tidak
diterima oleh akal kita; dan jika dijawab Tidak Bisa, niscaya memberi
arti Tuhan bersifat lemah, yang dimustahilkan oleh akal kita.
3. Demikian juga
pertanyaan-pertanyaan:
a. Bisakah Tuhan memasukkan
benda yang besarnya 12 cm2 (sentimeter persegi) di lobang yang
besarnya 10 cm2 (sentimeter persegi)?
b. Bisakah Tuhan bikin
kosong alam ini berkesudahan atau berbatas?
c.
Bisakah Tuhan bikin satu benda bergerak dan
diam, tidak bergerak dan tidak diam di satu saat?
4. Pernah juga orang
bertanya: Bisakah Tuhan binasakan diri-Nya? Jika dijawab Bisa, sampailah
kita pada satu kemustahilan, yaitu ketiadaan Tuhan. Dan jika dijawab Tidak
Bisa, niscaya berarti Tuhan lemah.
5. Seperti itu lagi
orang mengajukan pertanyaan: Bisakah Tuhan membikin satu benda yang Ia sendiri
tidak kuat mengangkatnya? Jawaban Bisa dan Tidak Bisa,
kedua-duanya membawa kepada kemustahilan, yaitu kelemahan Tuhan.
6. Ada pula manusia
bertanya, Bisakah Tuhan membikin sekutunya? Pertanyaan tersebut jika dijawab Bisa,
niscaya kita sampai kepada satu kemustahilan.
Selain itu,
wujudnya dua Tuhan, apakah lantaran perlu satu kepada yang lain? Jika demikian,
maka kedua-duanya bukan Tuhan. Karena yang berkeperluan kepada yang lain itu
lemah, dan yang lemah itu bukan Tuhan. Jika tidak ada perlunya, maka satu dari
dua itu sia-sia. Atau kita andaikan dapatkah yang satu membinasakan yang
lainnya? Jika bisa, maka yang lain itu bukan Tuhan, karena bisa menerima
kebinasaan; dan jika tidak bisa, maka yang pertama itu bukan Tuhan, karena
tidak bisa lulus kehendaknya. Dari itu tak dapat tiada Tuhan hanya satu saja.
Pertanyaan tadi
jika dijawab: Tidak bisa Tuhan bikin sekutu-Nya maka kita bertemu dengan
satu kemustahilan yaitu kelemahan Tuhan.