Kamis, 20 Juni 2024

Jawaban atas Tulisan-tulisan Tuan Ahsan

Oleh: A. Hasan (Guru Persis)

Sebelum lanjut membaca artikel ini ada baiknya anda baca dahulu artikel (bab) sebelumnya, yaitu: Pertanyaan-pertanyaan yang Mustahil.


Di permulaan risalah ini, saya telah sebut delapan pokok-pokok maksud tulisan Tuan Ahsan di harian “Suara Rakyat” tanggal 9 Agustus 1955.

Delapan fashal itu saya akan jawab di sini yang mana belum terjawab di dalam dua malam kita bertukar pikiran.

1.       “Seorang maupun ia percaya kepada Tuhan ataupun tidak, tetap ia berakal”.

Sebab pun Tuan Ahsan berkata demikian karena Tuan A. Ghaffar Ismail ada berkata di dalam ceramahnya bahwa orang yang tidak percaya kepada Tuhan itu Tidak Berakal.

Kita sama-sama maklum bahwa:

I.                     Anak-anak yang belum baligh dikatakan tidak berakal.

II.                   Sesuatu kesalahan yang terdapat di dalam satu pekerjaan, dikatakan ini perbuatan orang yang tidak berakal.

III.                  Orang yang berbuat sesuatu dengan tidak memikirkan akibat dan natijahnya, dinamakan orang yang tidak berakal.

IV.                 Orang yang mengerjakan satu kekejaman, dinamakan orang yang tidak berakal.

V.                   Orang yang tidak berpikir sebagaimana mestinya di tempat yang perlu ia sabar dan pikirkan, dinamakan orang yang tidak berakal.

VI.                 Orang yang gila, dinamakan orang yang tidak berakal.

VII.               Oleh sebab adanya Tuhan adalah satu perkara yang ditetapkan oleh akal yang mau memikirkannya, maka orang yang mengatakan “Tidak ada Tuhan” itu pasti dapat dinamakan orang yang tidak berakal – dengan salah satu arti di antara yang kedua sampai kelima.

Lantaran Tuan Ahsan – sebelum memikirkan arti-arti yang mungkin bagi perkataan “orang yang tidak berakal” – telah membantah, maka dengan sendirinya ia telah tergolong di dalam antara arti-arti yang kedua sampai kelima itu.

2.       “Pencipta mestinya berbentuk. Tidak mungkin sesuatu pencipta tidak berbentuk, yakni Tuhan itu kalau ada, mestinya berbentuk”. (Artinya berbentuk ialah ia dapat dicapai salah satu panca indera).

Di dalam pertukaran pikiran dua malam, dengan tegas Tuan Ahsan telah terima bahwa Tuhan itu ada dan tidak berbentuk. (Bacalah kembali dari permulaan).

3.       “Dzahirnya makhluk lebih dahulu daripada Tuhan. Terus manusia mengadakan Tuhan”. (Maksud perkataan itu, bahwa sebenarnya yang dikatakan Tuhan itu tidak ada. Hanya manusia ada-adakan Tuhan dengan pikirannya).

Perkataan ini pun telah terjawab dengan pengakuan Tuan Ahsan yang berulang-ulang tentang adanya Tuhan. (bacalah fashal-fashal adanya Tuhan dan tidak adanya Tuhan di risalah ini).

4.       “Buah mangga segar, setelah busuk, keluar ulat-ulatnya. Darimana datangnya ulat-ulat itu? Bukankah dari reaksi alam?”

Buat Tuan Ahsan, sebelum mengaku adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya, bukan saja ulat-ulat dari mangga itu jadi dari reaksi alam, bahkan mangga dan pohonnya dan seluruh alam ini jadi dari sel dan reaksi alam.

Maka sesudah ia mengaku adanya Tuhan dan mengaku segala sesuatu dibikin oleh Tuhan, rasanya tidak usah lagi dijawab disini.

5.       “Saya berpendapat bahwa manusia adalah dari kera karena saya sudah periksa tulang-tulangnya sangat mirip antara dua jenis itu. Dan di bulan Juli yang lalu saya berjumpa seorang di Rumah Sakit Celaket Malang yang ekornya keluar memanjang dan ia minta dipotong karena semakin panjang semakin sakit”.

Dalil orang yang berekor yang ditunjukkan Tuan Ahsan memberi arti bahwa kera itu dari manusia, bukan sebaliknya.

Oleh sebab tulang-tulang manusia ada persamaannya dengan tulang-tulang kera, mengapakah Tuan Ahsan berkata “Manusia dari Kera”? Mengapakah ia tidak berkata “Kera dari Manusia” sebagaimana contoh orang yang berbuntut di malang itu?

Sebenarnya kemiripan tulang-tulang binatang itu tidak dapat dijadikan dalil bahwa yang satu berasal dari yang lain.

PERHATIKANLAH!

Tulang sapi mirip dengan tulang kerbau. Apakah sapi dari kerbau atau kerbau sapi?

Tulang kaldai mirip dengan tulang kuda. Apakah kuda berasal dari kaldai ataukah kaldai dari kuda?

Tulang kambing mirip dengan tulang rusa. Apakah dua-dua itu asalnya satu?

Kambing-kambing yang begitu banyak macamnya, apakh asalnya itu kambing kibasy atau kambing kacang?

Tulang merbuk dan tekukur bersamaan. Apakah asalnya satu?

Gelatik dan pipit tulangnya tidak berbeda. Apakah salah satunya jadi asal bagi yang lainnya?

Tulang unggas-unggas rata-rata bersamaan. Apakah semua itu satu asalnya?

Ikan-ikan di laut, tulang-tulangnya bermiripan. Apakah semua ikan dari satu jenis?

Orang yang menganggap manusia berasal dari kera hanya dengan memandang kepada tulang-tulang, mengapa mereka tidak memperhatikan lain-lain keadaan?

Perhatikan anak-anak monyet dan anak manusia! Anak manusia – lantaran turunan monyet dan sudah lebih maju mestinya sekeluarnya dari perut ibunya sudah bisa berjalan, melompat dan memanjat lebih dari pada anak monyet.

Sekiranya manusia berasal dari monyet, maka tak dapat tiada di tiap-tiap masa mesti ada makhluk yang di pertengahan jalan, yakni di dalam keadaan evolusi yang sudah lewat kemonyetan dan menuju ke kemanusiaan.

Sekiranya benar monyet itu asal bagi manusia, maka sepatutnya monyet mempunyai kebiasaan yang ada pada manusia walaupun sedikit. Monyet tak bisa berkata-kata walaupun beberapa kalimat, sekalipun diajar beberapa tahun. Padahal ada lain binatang yang bisa.

Monyet tidak mempunyai tabiat berumahtangga walaupun di bawah sederhana. Monyet tidak pandai menggunakan perkakas walaupun yang semudah-mudahnya, walaupun sedikit.

Teori “manusia berasal dari monyet” itu orang sandarkan kepada Darwin, padahal Darwin tidak berkata demikian. Darwin hanya berpendapat bahwa bisa jadi manusia dan monyet dari satu asal yang sampai sekarang sedang dicari apa dia atau siapa dia.

Andaikanlah bahwa manusia berasal dari monyet, maka perlu pula kita susul, bahwa monyet itu berasal dari apa. Jika kita susul terus niscaya kita berhenti di sat asal yang terpaksa kita berkata: Dijadikan oleh Tuhan.

Buat kita kaum muslimin, bahwa manusia itu berasal dari Adam, dan Adam dijadikan dari tanah. Tentang tanah itu sel-kah atau atoom-kah atau lainnya, kita tak berkeberatan. Karena semua itu dari makhluk Tuhan. Hanya kita tidak bisa terima jika dikata: Manusia jadi sendiri dari atoom atau sel.

Pada pendapat saya, monyet dan kera bisa bermegah diri dengan anggapan bahwa “kami berasal dari manusia”, tetapi kebanggan apakah yang ada bagi manusia dengan menjadikan monyet dan kera sebagai datuk neneknya?

6. “Manusia adalah ciptaan dari udara, hawa, makanan dan tempat. Kalau mati, kembali kepada yang tersebut”.

Sel, atom, udara, hawa, air, makanan, tempat, tidak bisa menciptakan manusia. Bahkan tidak bisa menjadikan seekor semut kecuali dengan kehendak Tuhan.

Semua benda-benda yang dikatakan jadi bahan wujudnya manusia itu tidak bernyawa, tidak berakal, tidak berkemauan. Maka benda-benda yang begitu rupanya dan sifatnya bagaimanakah dapat mewujudkan satu manusia yang berjiwa, berakal, berkemauan, jika tidak dengan ciptaan Tuhan yang Maha Kuasa?

7. “Lucu sekali mendengar dongengan bahwa manusia dijadikan dari tanah liat”.

Manusia dijadikan dari tanah liat tidak lucu, bahkan dijadikan tanah liat daripada tidak ada kepada ada itu pun tidak lucu dan tidak aneh, karena yang menjadikannya itu bersifat Maha Kuasa. Tetapi yang aneh dan lucu ialah kepercayaan bahwa sel-sel bergerak-gerak yang dinamakan berevolusi, lalu jadi manusia yang bernyawa, berakal dan berkemauan. Padahal sel-sel itu sendiri tidak mempunyai nyawa, tidak akal dan tidak kemauan! Pikirkanlah, bagaimana bisa muncul nyawa, akal dan kemauan dengan sebab gerakan sel-sel?

8. “Lebih-lebih lucu lagi katanya orang berbuat kebaikan di dalam dunia ini supaya dibalas kebaikan sesudah matinya. Ini mentertawakan saya”.

Sebelum bertukar pikiran di dua malam seperti yang tersebut di permulaan risalah ini, Tuan Ahsan tidak menganggap adanya Tuhan. Buat orang yang tidak ber-Tuhan, tentu tidak ada Agama dan tidak ada pembalasan, bahkan tidak ada harinya.

Pembalasan di Akhirat berupa nikmat dan kesenangan-kesenangan bagi orang yang berbuat kebaikan di dunia, dan berupa azab-azab dan siksaan-siksaan bagi orang yang berbuat kejahatan di dunia itu, diadakan oleh Tuhan, diberitahukan kepada kita dengan perantaraan utusan-Nya dan Agama-Nya! Dan adanya pembalasan itu disetujui, bahkan dituntut oleh akal.


Lanjutkan membaca Pembalasan Berdasar Agama dan Pembalasan Berdasar Pikiran.

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler