Sebelum lanjut membaca artikel ini ada baiknya anda baca dahulu artikel (bab) sebelumnya, yaitu: Keterangan Adanya Tuhan yang Menjadikan.
A : Jika benar ada Tuhan seperti yang tuan katakan, tentulah Tuhan itu tidak adil.
B :
Mengapa tuan berkata demikian?
A :
Kita lihat di antara manusia yang tuan anggap Ia jadikan itu. Ada yang buta,
ada yang bisu, ada yang tuli, ada yang tidak berkaki, ada yang tidak
berkaki-tangan, ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang sakit, ada yang sehat,
ada yang senang, ada yang susah dan ada lain-lain perbedaan yang menyedihkan.
B :
Cobalah tuan terangkan ta’rif atau definisi keadilan dan kedzaliman supaya kita
berbahas atas dasar itu.
A :
Keadilan itu ialah menyamaratakan suruhan, larangan, pekerjaan, liburan,
hukuman, pemberi terhadap siapa-siapa yang di bawah pengawasan dan di dalam
tanggungan kita. Kedzaliman itu ialah melebih-kurangkan urusan-urusan tersebut
itu di antara mereka.
B :
Menurut ta’rif tuan, bahwa:
1. Tuan tidak adil jika tuan suruh seorang
anak menjahit dan seorang lain mencuci piring;
2. Tuan tidak adil jika tuan suruh seorang
bujang ke pasar dan seorang lain menebang pohon;
3. Tuan tidak adil jika tuan kerjakan seekor
sapi di sawah dan seekor lain untuk diperah susunya;
4. Tuan tidak adil jika tuan teruskan seorang
anak ke sekolah dokter dan yang lainnya tidak;
Dan dengan ta’rif itu ada beberapa banyak lagi
urusan yang jika tuan kerjakan, tuan jadi dzalim atau tidak adil.
A :
Kalau begitu, cobalah tuan terangkan ta’rif keadilan dan kedzaliman.
B :
Manusia di dalam dunia ini, dari yang jinak sampai yang buas, hingga yang
memakan manusia ada mempunyai peraturan masing-masing.
Manusia mempunyai undang-undang Agama, maupun Agama itu berasal dari Tuhan atau Agama bikinan manusia. Begitu juga mereka ada mempunyai peraturan negara, negeri, desa dan kampung yang berat dan ringan. Sedikit dan banyaknya bergantung dengan keadaan tempat, pergaulan dan perhubungan masing-masing dan lainnya.
Maka tiap-tiap seorang manusia, maupun ia
seorang sakrawati, maharaja, maharani, raja, rani, hakim, ketua sesuatu
jabatan, ketua sesuatu perusahaan, ketua rumah tangga dan lainnya, apabila
menjalankan undang-undang masing-masing dengan betul, dinamakan adil; jika
tidak, dinamakan dia dzalim.
Maka seorang yang mempunyai dua ekor sapi
tidak dinamakan dia dzalim apabila ia gunakan seekor buat menenggala dan seekor
lagi buat diambil susunya. Karena tidak ada undang-undang yang mewajibkan dia
menyamaratakan pekerjaan antara dua ekor sapi kepunyaan itu.
Seorang bapak apabila memberi kepada dua orang
anaknya satu pemberian, maka hendaklah yang sama-sebanding. Karena agama Islam perintah
demikian. Dan dzalimlah ia apabila ia tidak berbuat demikian.
Tidak dinamakan dzalim seorang yang
melebih-kurangkan pemberian kepada ibu-bapaknya atau memberi kepada seorang
saja, tidak yang lainnya. Karena agama Islam tidak undang-undangkan persamaan
di tentang mereka.
Ringkasnya, tiap-tiap seorang yang terikat di
dalam satu undang-undang maupun bikinan sendiri atau bikinan orang lain,
apabila menjalankannya sebagaimana mestinya, dinamakan dia adil dan yang
menyalahinya dinamakan dzalim.
Sekarang marilah kita periksa. Adakah Tuhan terikat
dengan salah satu undang-undang, maupun undang-undang ciptaan-Nya sendiri atau
ciptaan lainnya? Tidak ada!
Maka dengan undang-undang apakah dapat
disalahkan Tuhan membikin orang buta, bisu, tuli, tidak berkaki, tidak
bertangan, lemah, sakit, susah, miskin dan lain-lainnya?
Undang-undang apakah yang mewajibkan Tuhan berbuat
semua orang sama celek, sama bisa omong, sama bisa dengar, sama berkaki tangan,
sama kuat, sama sehat, sama senang dan kaya, dan sama pada lain-lainnya? Tidak!
Tidak ada undang-undang apapun terhadap Tuhan tentang mesti begini, tidak boleh
begitu!
Hanya kita ada mempunyai perasaan kasihan
terhadap orang-orang dan anak-anak yang buta, bisu dan lainnya itu.
Tidakkah tertebus kekurangan, kesussahan dan
kepayahan yang tersebut itu, jika di akhirat kelak Tuhan beri kepada mereka
kesenangan, kecukupan, dan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata dan
belum pernah terlintas di hati-hati manusia?
Agama Islam menerangkan, bahwa tiap-tiap
kesusahan yang menimpa manusia di dunia ini, akan diganjari dengan kesenangan
yang belum pernah terlintas di mata atau di angan-angan manusia.
Lanjutkan membaca Pertanyaan-pertanyaan yang Mustahil.