Selasa, 04 Juni 2024

Keadilan Tuhan

Sebelum lanjut membaca artikel ini ada baiknya anda baca dahulu artikel (bab) sebelumnya, yaitu: Keterangan Adanya Tuhan yang Menjadikan.


A            : Jika benar ada Tuhan seperti yang tuan katakan, tentulah Tuhan itu tidak adil.

B            : Mengapa tuan berkata demikian?

A            : Kita lihat di antara manusia yang tuan anggap Ia jadikan itu. Ada yang buta, ada yang bisu, ada yang tuli, ada yang tidak berkaki, ada yang tidak berkaki-tangan, ada yang lemah, ada yang kuat, ada yang sakit, ada yang sehat, ada yang senang, ada yang susah dan ada lain-lain perbedaan yang menyedihkan.

B            : Cobalah tuan terangkan ta’rif atau definisi keadilan dan kedzaliman supaya kita berbahas atas dasar itu.

A            : Keadilan itu ialah menyamaratakan suruhan, larangan, pekerjaan, liburan, hukuman, pemberi terhadap siapa-siapa yang di bawah pengawasan dan di dalam tanggungan kita. Kedzaliman itu ialah melebih-kurangkan urusan-urusan tersebut itu di antara mereka.

B            : Menurut ta’rif tuan, bahwa:

1. Tuan tidak adil jika tuan suruh seorang anak menjahit dan seorang lain mencuci piring;

2. Tuan tidak adil jika tuan suruh seorang bujang ke pasar dan seorang lain menebang pohon;

3. Tuan tidak adil jika tuan kerjakan seekor sapi di sawah dan seekor lain untuk diperah susunya;

4. Tuan tidak adil jika tuan teruskan seorang anak ke sekolah dokter dan yang lainnya tidak;

Dan dengan ta’rif itu ada beberapa banyak lagi urusan yang jika tuan kerjakan, tuan jadi dzalim atau tidak adil.

A            : Kalau begitu, cobalah tuan terangkan ta’rif keadilan dan kedzaliman.

B            : Manusia di dalam dunia ini, dari yang jinak sampai yang buas, hingga yang memakan manusia ada mempunyai peraturan masing-masing.


Manusia mempunyai undang-undang Agama, maupun Agama itu berasal dari Tuhan atau Agama bikinan manusia. Begitu juga mereka ada mempunyai peraturan negara, negeri, desa dan kampung yang berat dan ringan. Sedikit dan banyaknya bergantung dengan keadaan tempat, pergaulan dan perhubungan masing-masing dan lainnya.

Maka tiap-tiap seorang manusia, maupun ia seorang sakrawati, maharaja, maharani, raja, rani, hakim, ketua sesuatu jabatan, ketua sesuatu perusahaan, ketua rumah tangga dan lainnya, apabila menjalankan undang-undang masing-masing dengan betul, dinamakan adil; jika tidak, dinamakan dia dzalim.

Maka seorang yang mempunyai dua ekor sapi tidak dinamakan dia dzalim apabila ia gunakan seekor buat menenggala dan seekor lagi buat diambil susunya. Karena tidak ada undang-undang yang mewajibkan dia menyamaratakan pekerjaan antara dua ekor sapi kepunyaan itu.

Seorang bapak apabila memberi kepada dua orang anaknya satu pemberian, maka hendaklah yang sama-sebanding. Karena agama Islam perintah demikian. Dan dzalimlah ia apabila ia tidak berbuat demikian.

Tidak dinamakan dzalim seorang yang melebih-kurangkan pemberian kepada ibu-bapaknya atau memberi kepada seorang saja, tidak yang lainnya. Karena agama Islam tidak undang-undangkan persamaan di tentang mereka.

Ringkasnya, tiap-tiap seorang yang terikat di dalam satu undang-undang maupun bikinan sendiri atau bikinan orang lain, apabila menjalankannya sebagaimana mestinya, dinamakan dia adil dan yang menyalahinya dinamakan dzalim.

Sekarang marilah kita periksa. Adakah Tuhan terikat dengan salah satu undang-undang, maupun undang-undang ciptaan-Nya sendiri atau ciptaan lainnya? Tidak ada!

Maka dengan undang-undang apakah dapat disalahkan Tuhan membikin orang buta, bisu, tuli, tidak berkaki, tidak bertangan, lemah, sakit, susah, miskin dan lain-lainnya?

Undang-undang apakah yang mewajibkan Tuhan berbuat semua orang sama celek, sama bisa omong, sama bisa dengar, sama berkaki tangan, sama kuat, sama sehat, sama senang dan kaya, dan sama pada lain-lainnya? Tidak! Tidak ada undang-undang apapun terhadap Tuhan tentang mesti begini, tidak boleh begitu!

Hanya kita ada mempunyai perasaan kasihan terhadap orang-orang dan anak-anak yang buta, bisu dan lainnya itu.

Tidakkah tertebus kekurangan, kesussahan dan kepayahan yang tersebut itu, jika di akhirat kelak Tuhan beri kepada mereka kesenangan, kecukupan, dan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah terlintas di hati-hati manusia?

Agama Islam menerangkan, bahwa tiap-tiap kesusahan yang menimpa manusia di dunia ini, akan diganjari dengan kesenangan yang belum pernah terlintas di mata atau di angan-angan manusia.


Lanjutkan membaca Pertanyaan-pertanyaan yang Mustahil.

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler