Kamis, 27 Juni 2024

Keutamaan Hidup Berjama’ah

Khutbah Pertama

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.

فَقَالَ الله تَعَالَى:

أَعُوذُبِالله مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat (13))

Sidang Jum’ah yang berbahagia!

Kita disini datang dari tempat yang berbeda-beda, dari keluarga yang berbeda-beda, suku, ras, dan bangsa yang berbeda-beda. Bahasa kita bermacam lengkap dengan aneka ragam logat dan aksen. Warna kulit yang berbeda. Bahkan jika pun kita adalah manusia yang ditakdirkan sebagai kembar, kita lahir tidak bersamaan mesti ada yang disebut kakak dan mesti ada yang disebut adik. Dengan pergaulan dan cara pendidikan berbeda maka kita pun memiliki sifat dan karakter yang beraneka ragam.

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Allah telah membagi manusia menjadi tiga golongan, yaitu (1) golongan orang-orang beriman (mukminin), (2) golongan orang-orang yang ingkar (kafirin), dan (3) golongan orang-orang munafik (munafiqin).

Dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan:

آيَة الْمُنَافِق ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اُؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat).”

Kata munafik atau nifak terambil dari kata nafaq atau terowongan yang memiliki dua muka yakni kiri dan kanan. Jika dikejar dari mulut terowongan satu, maka akan lari ke mulut terowongan satunya. Ada sesuatu yang disembunyikan yang tidak terlihat oleh mata.

Allah berfirman dalam Surat Al Mujaadilah:

{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ}

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? (Al-Mujadilah: 14)


{مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلا مِنْهُمْ}

Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. (Al-Mujadilah: 14)


Orang-orang munafik itu pada hakikatnya bukan dari kalangan orang-orang mukmin; bukan pula dari kalangan orang-orang kafir.


{وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ}

Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedangkan mereka mengetahui. (Al-Mujadilah: 14)


Orang-orang munafik itu bersumpah dengan dusta, sedangkan mereka mengetahui bahwa sumpah yang mereka lakukan itu dusta belaka, yang dikenal dengan yaminul gamus (Sumpah palsu). Hal ini merupakan kebiasaan mereka yang terkutuk, na'uzu billah. Karena sesungguhnya apabila bersua dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami beriman." Dan apabila datang kepada Rasul, mereka bersumpah kepadanya dengan nama Allah bahwa diri mereka beriman. Padahal mereka mengetahui dalam dirinya bahwa sumpah yang mereka lakukan itu hanyalah dusta belaka, karena mereka tidak meyakini kebenaran dari apa yang mereka katakan, sekalipun secara lahiriahnya dibenarkan. Karena itulah maka Allah menyaksikan kedustaan sumpah dan persaksian mereka terhadap hal tersebut.


Kemudian Allah Swt. berfirman:

{أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Mujadilah: 15)


{اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}

Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah. (Al-Mujadilah: 16)


Mereka berpura-pura iman padahal di dalam batin mereka memendam kekufuran. Mereka menutupi keadaan mereka yang sebenarnya dengan sumpah-sumpah dusta, sehingga kebanyakan orang yang tidak mengetahui keadaan mereka mengira bahwa mereka benar. Akhirnya teperdayalah ia, dan dengan demikain maka berhasillah cara mereka dalam menghalangi sebagian manusia dari jalan Allah.


{فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}

karena itu. mereka mendapat azab yang menghinakan. (Al-Mujadilah: 16)


{لَنْ تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا}

Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. (Al-Mujadilah: 17)


{أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}

Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al-Mujadilah: 17)


{يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا}

(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah. (Al-Mujadilah: 18)


{فَيَحْلِفُونَ لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ}

lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). (Al-Mujadilah: 18)


{وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ}

dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). (Al-Mujadilah: 18)


Mereka mengira bahwa sumpah mereka dapat mengelabui Allah. Maka dalam firman berikutnya dugaan mereka itu dibantah oleh firman-Nya:

{أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ}

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. (Al-Mujadilah: 18)


Kalimat berita ini menguatkan bahwa mereka benar-benar dusta dalam sumpahnya itu.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُم فِي القُرآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّكُم وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنكُم تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ

 

 


Khutbah Kedua

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.


Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:

{اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ}

Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. (Al-Mujadilah: 19)


Oleh karena kebiasaan dusta, ingkar dan khianat maka  hati orang-orang munafik itu dikuasai setan hingga setan membuat mereka lupa daratan dari mengingat Allah Swt.. Mereka lupa daratan.


Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

{أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ}

mereka itulah golongan setan. (Al-Mujadilah: 19)


Yaitu orang-orang yang telah dikuasai oleh setan hingga setan membuat mereka lupa mengingat Allah Swt. Lalu dalam firman selanjutnya disebutkan:


{أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19)


حدثنا أحمد ابن يُونُسَ، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا السَّائِبُ بْنُ حُبَيش، عَنْ مَعْدان بْنِ أَبِي طَلْحَةَ اليَعْمُري، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْو، لَا تُقَامُ فِيهِمُ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ، فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ".

telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepada kami As-Sa-ib ibnu Hubaisy, dari Ma'dan ibnu AbuTalhah Al-Ya'muri, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak ada tiga orang dalam suatu kampung dan tidak pula dalam suatu daerah pedalaman bila tidak ditegakkan salat di kalangan mereka, melainkan setan telah menguasai diri mereka. Maka berpegang teguhlah kepada jamaah, karena sesungguhnya serigala iiu hanya memangsa kambing yang jauh (menyendiri).

Zaidah mengatakan bahwa As-Sa-ib menafsirkan kata jamaah di sini dengan pengertian salat berjamaah.


Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah!


Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Al Hakim dan lainnya telah disebutkan tafsir Al Jama’ah:

 

مَا أَنَا عَلَيْهِ اليَوْمَ وَ أَصْحَابِي

 

“Pedoman yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.”



Oleh karenanya hidup berjama’ah adalah salah sunnah yang telah diajarkan Allah SWT melalui Nabi
sebagai satu cara kita menghalau bahaya-bahaya baik yang nampak ataupun yang tidak nampak yang datang dari orang-orang kafir atau orang-orang kafir yang berpura-pura iman yaitu orang-orang munafik. Karena dalam jama’ah, Allah mengajarkan kita untuk saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.


 





رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِىْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

أَقُولُ قَولِي هَذَا وَ أَستَغفِرُ اللهَ لِي وَلَكُم

وَ السَّلامُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

 

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler