Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا،
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا
بَعْدُ.
فَقَالَ الله تَعَالَى:
أَعُوذُبِالله مِنَ الشَّيطَانِ
الرَّجِيمِ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al-Hujurat (13))
Sidang
Jum’ah yang berbahagia!
Kita disini datang dari tempat yang
berbeda-beda, dari keluarga yang berbeda-beda, suku, ras, dan bangsa yang
berbeda-beda. Bahasa kita bermacam lengkap dengan aneka ragam logat dan aksen.
Warna kulit yang berbeda. Bahkan jika pun kita adalah manusia yang ditakdirkan
sebagai kembar, kita lahir tidak bersamaan mesti ada yang disebut kakak dan
mesti ada yang disebut adik. Dengan pergaulan dan cara pendidikan berbeda maka
kita pun memiliki sifat dan karakter yang beraneka ragam.
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا
سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Allah
telah membagi manusia menjadi tiga golongan, yaitu (1) golongan orang-orang
beriman (mukminin), (2) golongan orang-orang yang ingkar (kafirin), dan (3)
golongan orang-orang munafik (munafiqin).
Dalam
hadits Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
disebutkan:
آيَة الْمُنَافِق ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اُؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda
orang munafik ada tiga, yaitu (1) ketika berbicara ia dusta, (2) ketika
berjanji ia mengingkari, dan (3) ketika ia diberi amanat ia berkhianat).”
Kata
munafik atau nifak terambil dari kata nafaq atau terowongan yang memiliki dua muka
yakni kiri dan kanan. Jika dikejar dari mulut terowongan satu, maka akan lari
ke mulut terowongan satunya. Ada sesuatu yang disembunyikan yang tidak terlihat
oleh mata.
Allah ﷻ
berfirman dalam Surat Al
Mujaadilah:
{أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ}
Tidakkah kamu perhatikan
orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? (Al-Mujadilah:
14)
{مَا
هُمْ مِنْكُمْ وَلا مِنْهُمْ}
Orang-orang itu bukan dari
golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. (Al-Mujadilah:
14)
Orang-orang munafik itu pada hakikatnya bukan dari kalangan
orang-orang mukmin; bukan pula dari kalangan orang-orang kafir.
{وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ}
Dan mereka bersumpah untuk
menguatkan kebohongan, sedangkan mereka mengetahui. (Al-Mujadilah:
14)
Orang-orang munafik itu bersumpah dengan dusta, sedangkan mereka
mengetahui bahwa sumpah yang mereka lakukan itu dusta belaka, yang dikenal
dengan yaminul gamus (Sumpah palsu). Hal ini merupakan kebiasaan mereka
yang terkutuk, na'uzu billah. Karena sesungguhnya apabila bersua dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami beriman." Dan
apabila datang kepada Rasul, mereka bersumpah kepadanya dengan nama Allah bahwa
diri mereka beriman. Padahal mereka mengetahui dalam dirinya bahwa sumpah yang
mereka lakukan itu hanyalah dusta belaka, karena mereka tidak meyakini
kebenaran dari apa yang mereka katakan, sekalipun secara lahiriahnya
dibenarkan. Karena itulah maka Allah menyaksikan kedustaan sumpah dan
persaksian mereka terhadap hal tersebut.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
{أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Allah telah menyediakan bagi
mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka
kerjakan. (Al-Mujadilah: 15)
{اتَّخَذُوا
أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ}
Mereka menjadikan sumpah-sumpah
mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari
jalan Allah. (Al-Mujadilah: 16)
Mereka berpura-pura iman padahal di dalam batin mereka memendam
kekufuran. Mereka menutupi keadaan mereka yang sebenarnya dengan sumpah-sumpah
dusta, sehingga kebanyakan orang yang tidak mengetahui keadaan mereka mengira
bahwa mereka benar. Akhirnya teperdayalah ia, dan dengan demikain maka
berhasillah cara mereka dalam menghalangi sebagian manusia dari jalan Allah.
{فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ}
karena itu. mereka mendapat azab
yang menghinakan. (Al-Mujadilah: 16)
{لَنْ
تُغْنِيَ عَنْهُمْ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا}
Harta benda dan anak-anak mereka
tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari
azab Allah. (Al-Mujadilah: 17)
{أُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}
Mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya. (Al-Mujadilah: 17)
{يَوْمَ
يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا}
(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan
Allah. (Al-Mujadilah: 18)
{فَيَحْلِفُونَ
لَهُ كَمَا يَحْلِفُونَ لَكُمْ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ}
lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa
mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan
mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat).
(Al-Mujadilah: 18)
{وَيَحْسَبُونَ
أَنَّهُمْ عَلَى شَيْءٍ}
dan mereka menyangka bahwa
sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat).
(Al-Mujadilah: 18)
Mereka mengira bahwa sumpah mereka dapat mengelabui Allah. Maka
dalam firman berikutnya dugaan mereka itu dibantah oleh firman-Nya:
{أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُونَ}
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
merekalah orang-orang pendusta. (Al-Mujadilah: 18)
Kalimat berita ini menguatkan bahwa mereka benar-benar dusta dalam
sumpahnya itu.
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُم فِي القُرآنِ العَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّكُم وَتَقَبَّلَ
مِنِّي وَمِنكُم تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ.
Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ
اللَّهِ}
Setan telah menguasai mereka, lalu
menjadikan mereka lupa mengingat Allah. (Al-Mujadilah: 19)
Oleh karena kebiasaan dusta, ingkar dan khianat maka hati orang-orang munafik itu dikuasai setan
hingga setan membuat mereka lupa daratan dari mengingat Allah Swt.. Mereka lupa
daratan.
Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ}
mereka itulah golongan setan. (Al-Mujadilah:
19)
Yaitu orang-orang yang telah dikuasai oleh setan hingga setan
membuat mereka lupa mengingat Allah Swt. Lalu dalam firman selanjutnya
disebutkan:
{أَلا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ}
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah:
19)
حدثنا أحمد ابن يُونُسَ، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، حَدَّثَنَا
السَّائِبُ بْنُ حُبَيش، عَنْ مَعْدان بْنِ أَبِي طَلْحَةَ اليَعْمُري، عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: "مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْو، لَا تُقَامُ فِيهِمُ
الصَّلَاةُ إِلَّا قَدِ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ، فَعَلَيْكَ
بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ".
telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepada kami As-Sa-ib ibnu Hubaisy, dari Ma'dan ibnu AbuTalhah Al-Ya'muri, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Tidak ada tiga orang dalam suatu kampung dan tidak pula dalam suatu daerah pedalaman bila tidak ditegakkan salat di kalangan mereka, melainkan setan telah menguasai diri mereka. Maka berpegang teguhlah kepada jamaah, karena sesungguhnya serigala iiu hanya memangsa kambing yang jauh (menyendiri).
Zaidah mengatakan bahwa As-Sa-ib menafsirkan kata jamaah di sini dengan pengertian salat berjamaah.
Sidang Jum’ah yang dirahmati Allah!
Dalam riwayat lain yang dikeluarkan
oleh Al Hakim dan lainnya telah disebutkan tafsir Al Jama’ah:
مَا أَنَا عَلَيْهِ اليَوْمَ وَ أَصْحَابِي
“Pedoman yang aku dan para sahabatku
berada di atasnya.”
Oleh karenanya hidup berjama’ah adalah salah sunnah yang telah diajarkan Allah SWT melalui Nabi ﷺ sebagai satu cara kita menghalau bahaya-bahaya baik yang nampak ataupun yang tidak nampak yang datang dari orang-orang kafir atau orang-orang kafir yang berpura-pura iman yaitu orang-orang munafik. Karena dalam jama’ah, Allah mengajarkan kita untuk saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا
آتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِىْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
أَقُولُ
قَولِي هَذَا وَ أَستَغفِرُ اللهَ لِي وَلَكُم
وَ
السَّلامُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ