Kamis, 23 Mei 2024

Riwayat Sebab Terjadinya Pertukaran Pikiran

Silahkan baca artikel sebelumnya.



Dengan ringkas , kira-kira akhir bulan Juli atau awal bulan Agustus 1955, tuan Abdul Ghaffar Ismail dari Pekalongan pernah berkata di dalam salah satu ceramahnya bahwa orang yang tidak percaya Tuhan itu tidak berakal.

Tuan Muhammad Ahsan dari Malang menulis dalam surat kabar “Suara Rakyat” tanggal 9 Agustus 1955 bahwa:

1.       Seseorang, mau ia percaya kepada Tuhan atau tidak, tetap ia berakal.

2.       Pencipta mestinya berbentuk. Tidak mungkin sesuatu pencpta tidak berbentuk, yakni Tuhan, kalau ada mestilah berbentuk. (Arti berbentuk ialah bertubuh yang dapat dilihat dan dipegang).

3.       Zhahirnya makhluk terlebih dahulu daripada Tuhan, manusia mengadakan Tuhan. (Maksudnya bahwa sebenarnya yang dikatakan Tuhan itu tidak ada. Hanya manusia ada-adakan Tuhan dengan pikirannya).

4.       Buah mangga yang segar, setelah busuk keluar ulat-ulatnya. Darimana datangnya ulat-ulat itu? Bukankah dari reaksi alam?

5.       Saya berpendapat bahwa manusia adalah dari kera karena saya sudah periksa tulang-tulangnya sangat mirip antara dua jenis itu; dan di bulan Juli yang baru lalu (1955 – ed.), saya berjumpa seorang di Rumah Sakit Celaket Malang yang ekornya keluar memanjang, dan ia minta ditolong karena semakin Panjang semakin sakit.

6.       Manusia adalah ciptaan dari udara, hawa, makanan dan tempat. Kalau mati, kembali kepada yang tersebut.

7.       Lucu sekali mendengar dongengan bahwa manusia dijadikan dari tanah liat.

8.       Lebih-lebih lucu lagi katanya orang berbuat kebaikan di dalam dunia ini supaya dibalas kebaikan sesudah matinya. Ini menertawakan saya.

(Delapan fashal yang tersebut akan saya (AH – red) jawab di akhir risalah ini satu persatu karena di dalam pertemuan dengan Tuan Ahsan, tidak cukup waktu untuk disoal-jawabkan).

Maka tulisan Tuan Ahsan itu dijawab oleh Tuan dasan Aidid - Ketua Front Anti Komunis Surabaya, dan oleh Tuan Bey Arifin - Ketua Study Club Surabaya. Dan kedua-duanya mengajak Tuan Ahsan bertemu dan bertukar pikiran di rapat Study Club yang akan dating. Entah karena apa, maka di rapat Study Club tanggal 12 Agustus 1955, tidak jadi pertemuan yang dikehendaki.

Tuan Hasan Aidid bertanya kepada saya, “Apakah ustadz bersedia buat bertemu dengan Tuan Ahsan?” Saya sanggupi permintaan itu.

Setelah itu diadakan pertemuan yang pertama oleh Front Anti Komunis di Gedung Al-Irsyad Surabaya, yang dikunjungi oleh begitu banyak manusia hingga padat Gedung itu dalam dan luarnya.

Sesudah kami bertanya jawab selama dua setengah jam dengan masing-masing berdiri satu podium yang bremikropon, berakhirlah pertemuan itu dengan ucapan Tuan Ahsan bahwa ia sudah terima.

Perkataan “sudah terima” itu hendak diminta ketegasannya lebih jauh, tetapi saya minta kepada majlis supaya Tuan Ahsan diberi kesempatan buat berpikir lagi.

Berhubung dengan banyak pendengar yang belum puas, terutama belum mendengar pendirian orang yang berkata “tidak ada Tuhan”, maka pada tanggal 2/3 September 1955 diadakan pertemuan sekali lagi oleh Front Anti Komunis Surabaya di Gedung Al-Irsyad juga. Yang hadir lebih bersesak dari pada pertemuan yang telah lalu.

Di dalam pertemuan ini Tuan Ahsan ditemani oleh seorang sahabatnya.

Setelah ceramah tuan Muhammad Isa Anshary selesai, pertukaran pikiran dimulai.

Majelis diatur seperti yang sudah lewat, yaitu Tuan Ahsan berdiri di satu podium dengan satu mikropon dan saya berdiri berdiri di podium lain menghadap satu mikropon. Sedang Tuan Hasan Aidid, pemimpin majelis Bersama penulis (mungkin maksudnya notulen – ed.) dan pembantunya duduk menghadap satu meja yang bermikropon.

Sesudah bertukar pikiran kira-kira dua jam lamanya, berakhirlah majelis ini dengan pengakuan Tuan M. Ahsan yang berulang-ulang bahwa “saya terima pendirian adanya Tuhan dan puas”.

Dua-dua majelis itu, dengan pimpinan Tuan Hasan Aidid berjalan dengan tenteram, rapi dan sopan. Karena memang dari permulaan telah disyaratkan bahwa hadirin tidak boleh bertepuk tangan, tidak boleh bersorak, tidak boleh campur omong, tidak boleh menampakkan gerak-gerik merendahkan salah seorang pembicara dan lain-lain yang menggangu ketenteraman majelis, hingga Tuan Ahsan – yang pada permulaannya sebagai orang yang tidak mengaku adanya Tuhan lantas berakhir dengan mengaku adanya Tuhan dan puas – kelihatan gembira dan segar, seolah-olah berada di dalam golongannya sendiri.


Lanjutkan membaca Pendahuluan bagi Pertukaran Pikiran.

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler