Rabu, 22 Mei 2024

Muqaddimah

Lanjutan dari "Adakah Tuhan?" 


 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

 

Berdaya Upaya sekuat tenaga dan pikiran di dalam lapangan hidup adalah syarat yang mutlak untuk menghasilkan apa yang menjadi kebutuhan hidup itu.


Tetapi adalah suatu kejanggalan dan bunuh diri apabila seseorang yang batas kemampuannya memikul hanya 100 Kg beban lantas  ia memaksa diri juga untuk mengangkat beban 500 Kg.

Kiranya tidak berlebih-lebihan apabila dikatakan disini bahwa semua anggota tubuh kita terbatas kemampuan kegiatannya.

Maka apabila seseorang mampu makan sebanyak 1 Kg makanan tentu ia tidak akan mampu menghabiskan 10 Kg dari makanan itu.

Begitu pula kalua ia sanggup menelan 10 liter air tentu kesanggupan itu tidak aka nada lagi bila ia diminta untuk menelan 30 liter air.

Begitu juga halnya dengan kemampuan berjalan, mendengar, memandang, berdiri, duduk dan selainnya; termasuk juga kemampuan hidup dan berpikir.

Disini, tidak dimaksud mempersempit kegiatan orang dalam berpikir dan membanting tulang dalam bergerak dan berusaha; sekali-kali tidak! Karena berdiam dan tidak berusaha menurut kemampuan masing-masing adalah menyalahi fitrah; dan dari apa yang kita ketahui; syarat hidup adalah gerak, dan yang tidak bergerak berarti mati.

Maka sekali lagi kami tidak mempersempit usaha dan kegiatan, malah silahkan berlomba-lomba mendekati titik puas (saturation point) dalam semua kegiatan, tetapi jangan sampai melampaui titik itu; sebab melampaui titik itu dalam memikul berarti patah, dan melampaui itu dalam makan berarti tumpah, Adapun melampaui titik itu dalam berpikir berarti meracau atau gila.

Kadang-kadang kita terlampau memaksa diri dan pikiran kita untuk menerangkan sesuatu yang sebenarnya ada di luar batas kemampuan pikiran dan ilmu yang ada pada masing-masing; tetapi, karena Hasrat untuk memuaskan orang yang sedang mendengar atau bertanya, atau karena penyakit ‘ingin mempertahankan prestasi’ agar tidak dikatakan atau disangka ‘tidak pandai’, kita melantur juga dalam berbicara.

Melantur seperti itu tidak dikendalikan oleh pikiran yang diterangi oleh sesuatu ilmu yang bersarang di dalam jiwa, akan tetapi melantur karena dorongan hawa nafsu ingin merpertahankan prestasi tadi.

Dengan cara ini malah terbuka kejahilan yang bersarang di balik kedok melantur itu.

Selanjutnya, untuk membuktikan adanya Tuhan, adalah satu soal yang mudah sekali, bukti-bukti dari pada itu terang benderang di hadapan kita, asal saja kita bersedia mengarahkan akal dan pikiran kita kea rah itu. Dan lebih dari ini, pikiran tersebut harus disertai oleh keinsyafan. Karena pikiran yang tidak disertai keinsyafan biasanya mengingkari kebenaran.

Di atas, telah disebut akal dan pikiran, sebab akal dan pikiran membuat kita yakin dan pasti tentang sesuatu; dan dengan menggunakan akal dan pikiran yang disertai dengan usaha dan ketekunan, banyak hal-hal yang telah menjadi rahasia dapat diwujudkan; tidak sedikit cita-cita telah tercapai, dan berbagai kebutuhan hidup telah dihasilkan.

 Begitu pula unutk membuktikan adanya Tuhan, mengenal Tuhan, patuh kepada Tuhan, perlu sekali dengan menggunakan akal pikiran itu.

Dan dengan tidak menggunakan akal pikiran, pasti kita tak kan mengenal Tuhan; dan yang kita kenal dalam hal ini, adalah takhayul, keraguan dan kekacauan belaka.

Membuktikan adanya Tuhan, berarti akal dan pikiran kita harus memberikan kepada kita kepastian dan keyakian bahwa Tuhan itu ada.

Pembaca-pembaca yang terhormat, agar dipaham apa yang kami maksud, marilah kita bersama memperhatikan beberapa soal di bawah ini, dan selanjutnya keseluruhan isi buku ini.

Kalau buku yang saudara-saudara bac aini sedari bahan mentahnya sampai menjadi buku dikatakan “jadi dengan sendirinya” tentu saudara-saudara tidak akan terima. Apa sebabnya? Sebab akal memastikan bahwa buku ini harus diwujudkan, dibuat. Karena dalam kejadian buku tersebut terdapat beberapa pekerjaan akal dan pemikiran, yaitu ilmu dan keahlian membuat kertas, Menyusun lembarannya, menjilid, memotong dan lain sebagainya.

Selanjutnya akal tidak akan menerima apabila tulisan dalam buku ini tersusun dengan sendirinya, karena harus ada naskah dari tulisan ini yang tadinya direncanakan dan dipikirkan dan ditulis, dikoreksi sedapat-dapatnya, diatur di mesin cetak sampai menjadi buku ini.

Tentu pekerjaan ini memerlukan keahlian dan ketelitian yang tidak ada hubungannya dengan “jadi dengan sendirinya”, atau ”jadi secara kebetulan”.

Untuk membuktikan adanya Tuhan, tidak usah kita jauh-jauh memandang dan meraba, marilah memperhatikan tubuh kita sendiri dan kebutuhannya.

1.       Manusia tidak akan hidup kalau tidak ada hawa udara (oksigen) untuk pernapasannya.

2.       Manusia tidak akan hidup kalau tidak ada makanan dan minuman.

Justru kebutuhan manusia yang lazim kepada ketiga unsur hidup itu, bila 2 unsur-unsur itu sudah ada tersedia.

Mungkinkah mereka terjadi secara kebetulan atau jadi dengan sendirinya?

Tidak pantaskah akal pikiran kita dengan insyaf mengakui bahwa ada Yang Maha Berilmu yang menentukan ini semua?

Selanjutnya di antara makanan yang dibutuhkan manusia untuk menyambung hidupnya, terdapat yang keras dan sebelum ditelan perlu dihancurkan terlebih dahulu.

Untuk keperluan tersebut, harus ada lat yang keras dan bergerak dan ruangan untuk menempatkan makanan itu, disertai oleh air unutk memudahkan proses penggilingan.

Alat-alat  tersebut lengkap tersedia, yaitu: gigi, rahang bawah, ruang mulut, kelenjar-kelenjar air ludah.

Dan alangkah sedihnya apabila mulut ompong, terbuka atau tertutup terus.

Mungkinkah ketelitian ini jadi dengan sendirinya kalau tidak ada yang Maha Arif dan Bijaksana yang mengatur ini semua?

Dalam hidung terdapat saringan berlendir yaitu rambut hidung untuk melindungi paru-paru dari debu yang ikut terhirup kemudian dapat dikeluarkan sebagai kotoran hidung.

Kalau benar-benar dengan keinsyafan kita mengikuti ini semua, niscaya akan timbul satu pertanyaan dalam diri kita mungkinkah ketelitian yang luar bias aini terjadi dengan sendirinya?

Maha Suci Allah Pencipta yang sebaik-baiknya.

Seterusnya, dalam mengenal Tuhan, agar pikiran kita tidak dikacaukan dengan pengaruh mensifatkan Tuhan kepada benda-benda dengan berkata Tuhan itu matahari, bulan, laut, batu, pohon, Tuhan banyak, Tuhan dua, Tuhan tiga, Tuhan menjelma ini dan itu.

Maha Suci Tuhan dari semua tuduhan-tuduhan itu.

Kalau dalam mengenal Tuhan akal pikiran dan keinsyafan kita selalu hadir, tentu tidak akan timbul kekacauan-kekacauan semacam itu, karena pada apa-apa yang tersebut itu terdapat kelemahan-kelemahan.

Maka akal pikiran yang sehat tidak akan menerima kalau Tuhan bersifat lemah atau bersifat dengan sifat makhluk-Nya.

Ringkasnya, kalau kita mau mengenal Tuhan, hendaklah kita membuang sedikit waktu. Waktu yang sangat sedikit bila dibandingkan banyak waktu yang terbuang percuma dalam hal-hal yang tidak berarti.

Kita semua bertanggung jawab dalam mengenal Tuhan karena kita mempunyai akal dan pikiran. Tentu kita tak dapat main untung-untungan dalam hal ini. Dan tanggung jawab itu harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya.

Karena sekedar mengakui adanya Tuhan tetapi tidak mengenal dan tidak patuh kepada Tuhan itu pun berarti satu kekacauan.

Agar supaya tidak membiarkan akal kita meracau dan meraba di dalam kegelapan sehingga mensifatkan Tuhan kepada yang tidak-tidak alangkah tepatnya kalau kita menyisihkan segala paksaan diri dan pemerasan otak di luar pengetahuan kita, dan langsung mengenal Tuhan dari jalan yang Tuhan kehendaki sendiri. Jalan yang Tuhan unjuk kepada manusia agar mereka mengenal-Nya. Jalan yang dimaksud disini adalah agama, dan dalam hal ini adalah Agama Islam.

Selanjutnya patuh kepada Tuhan berarti mengerjakan tiap sesuatu yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

Sebagai mukaddimah, semoga ini tidak menjemukan dan mudah-mudahan Allah membuka hati kita untuk mengenal-Nya dan patuh kepada-Nya.

 

M.B


Teruskan membaca Riwayat Sebab Terjadinya Pertukaran Pikiran

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler