Sabtu, 09 Januari 2021

Mudharabah/ Murabahah

 

Mudharabah/ Murabahah

 

 

الحديث السادس والثلاثون [ عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب يوم القيامة ومن يسر على معسر يسر الله عليه في الدنيا والآخرة ومن ستر مسلما ستره الله في الدنيا والآخرة والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنده ومن بطأ به عمله لم يسرع به نسبه ] رواه مسلم بهذا اللفظ

Hadis Ke-36   Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Alloh akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Alloh akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Alloh akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya. Barang siapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Alloh akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Alloh untuk membaca Kitabulloh dan mempelajarinya bersama-sama, melainkan akan turun kepada mereka ketenteraman, rahmat Alloh akan menyelimuti mereka, dan Alloh memuji mereka di hadapan (para malaikat) yang berada di sisi-Nya. Barang siapa amalnya lambat, maka tidak akan disempurnakan oleh kemuliaan nasabnya.” (Hadis dengan redaksi seperti ini diriwayatkan oleh Muslim)

Membantu saudaranya untuk terlepas dari kesulitan merupakan kebajikan yang mendatangkan pahala yang sangat besar baik di dunia maupun di akhirat. Kesulitan apapun dan bantuan dalam bentuk apapun.

Menutup aib saudaranya wajib hukumnya. Baik saudaranya banyak berdosa lebih-lebih yang taat. Membuka aib hanya boleh dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dengan tetap memenuhi ketentuan syariat. (https://carihadis.com/Arbain_Nawawi_I/=menolong)

 

Mudharabah adalah kerjasama yang didasarkan pada prinsip tolong menolong yang telah dianjurkan oleh Islam. Mudharabah atau Murabahah juga disebut Qiradh, ialah kerjasama usaha antara pihak pemilik dana (Shahib al-Mal) dengan pihak pengelola dana (Mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai Nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana/modal.

Contoh, si A memiliki modal Rp. 100.000.000,- kemudian uang tersebut diserahkan kepada si B sebagai pengelola untuk dijadikan modal dalam suatu perdagangan/ perusahaan dengan perjanjian keuntungannya dibagi dua sesuai kesepakatan bersama, apakah 50%-50% atau 60%-60%.

Cara mudharabah ini telah disepakati para ulama tentang kebolehannya, mengingat tidak terdapat dalil atau nash yang melarang tentang akad tersebut. Sementara asal dalam jual beli adalah boleh. Ditambah pula Rasulullah sebelum diangkat jadi rasul telah melakukan mudharabah dengan Khadijah R.A. Beliau mendapatkan modal dari Khadijah kemudian beliau berniaga ke negeri Syam.

Dengan demikian praktek mudharabah itu sudah berlaku di masa sebelum Islam, kemudian datanglah syari’at Islam membenarkannya lalu dipraktikkan terus di jaman Rasulullah dan seterusnya.

 

Penentuan Syarat Oleh Pemilik Harta

Pemilik modal boleh saja menentukan syarat yang harus dipenuhi pengelola, seperti mensyaratkan jangan digunakan untuk jual beli hewan atau jangan mengarungi hutan dan sebagainya. Hal ini bisa dilakukan bila keduanya menyepakatinya. Hal ini berdasarkan hadits di bawah ini:

عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامً أَنَّهُ كَانَ يَشْتَرِظُ عَلَى الرَّجُلِ إِذَا أَعْطَاهُ مَالًا مُقَارَضَةً أَنْ لَا تَجْعَلْ مَالِى فِى كَبَدٍ رَطْبَةٍ وَلَا تَحْمِلُهُ فِى بَحْرٍ وَلَا تَنْزِلُ بِهِ فِيْ بَطْنِ مَسِيْلٍ. فَإِنْ فَعَلْتَ شَيْئًا مِنْ ذلِكَ فَقَدْ ضَمِنْتَ مَالِى. رواه الدارقطنى.

“Dari Hakim bin Hizam, bahwasannya ia mensyaratkan atas seseorang apabila ia beri modal sebagai qiradh, jangan engkau gunakan modalku pada barang berjiwa, jangan engkau bawa dia dengan mengarungi lautan, jangan engkau bawa ia ke tengah perjalanan air bah. Jika engkau lakukan salah satu daripada yang demikian, maka engkau harus tanggung (kerugian) modalku.” (HR. Ad-Daruquthni)

Dengan dasar hadits tersebut, maka si pemilik modal boleh saja memberikan syarat-syarat kepada pengelola, dan bila dilanggar kemudian ternyata rugi maka kerugian itu tanggung jawab pengelola.

 

Pengelola Adalah Penerima Amanah

Pihak pengelola dalam mudharabah adalah penerima amanah dan selaku orang yang terpercaya melakukan usaha itu, apabila terjadi kerusakan modal pada pihak pelaksana tidak menanggung kerugian kecuali jika ia khianat atau menyeleweng.

Apabila ada pernyataan hilang atau rusaknya modal, maka kata-kata pengelola dapat diterima beserta sumpahnya karena pada asalnya tida ada khianat. Demikian pandangan para ahli fiqih.

 

Biaya Operasional

Mengenai ongkos atau biaya operasional dapat terlebih dahulu dibuat kesepakatan di antara kedua belah pihak. Apakah diambil dari modal atau dari keuntungan. Terutama dalam hal-hal yang tidak sanggup dilakukan oleh pihak pengelola, seperti biaya transportasi pembelian alat-alat usaha dan lainnya.

Ongkos-ongkos semacam ini dapat dikeluarkan dari modal dan boleh juga diperhitungkan dari keuntungan usaha, yang penting adalah kesepakatan kedua belah pihak pada waktu dilakukan akad mudharabah.

 

Akad Mudharabah yang Terlarang

Akad mudharabah sebagaimana persyaratan tersebut di atas jelas hukumnya mubah, yaitu akad yang menetapkan sama-sama untung atau sama-sama rugi.

Tetapi jika si pemilik modal menyerahkan modalnya, umpamanya 100 juta dengan catatan minta keuntungan 5% dari modalnya dalam satu bulan, apakah itu untung atau rugi. Maka cara seperti ini terlarang dan termasuk riba walau pihak pengelola sepakat untuk menerima persyaratan tersebut.

Dengan demikian, maka jika usaha mudharabah menghasilkan keuntungan maka dibagilah keuntungan itu, sebaliknya apabila usahanya mengalami kerugian, maka kedua belah pihaknya pun menerima resiko kerugian.

Pembagian kerugian ini ialah pemilik modal menderita rugi karena berkurangnya modal, sedangkan pelaksana rugi dalam bentuk tenaga dan waktu karena ia telah mengeluarkan energi tanpa imbalan keuntungan.

 

Perjanjian antara Pemilik Modal dan si Pelaksana

أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ طَارِقٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ لَا بَأْسَ بِإِجَارَةِ الْأَرْضِ الْبَيْضَاءِ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَقَالَ إِذَا دَفَعَ رَجُلٌ إِلَى رَجُلٍ مَالًا قِرَاضًا فَأَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ عَلَيْهِ بِذَلِكَ كِتَابًا كَتَبَ هَذَا كِتَابٌ كَتَبَهُ فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ طَوْعًا مِنْهُ فِي صِحَّةٍ مِنْهُ وَجَوَازِ أَمْرِهِ لِفُلَانِ بْنِ فُلَانٍ أَنَّكَ دَفَعْتَ إِلَيَّ مُسْتَهَلَّ شَهْرِ كَذَا مِنْ سَنَةِ كَذَا عَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ وُضْحًا جِيَادًا وَزْنَ سَبْعَةٍ قِرَاضًا عَلَى تَقْوَى اللَّهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ عَلَى أَنْ أَشْتَرِيَ بِهَا مَا شِئْتُ مِنْهَا كُلَّ مَا أَرَى أَنْ أَشْتَرِيَهُ وَأَنْ أُصَرِّفَهَا وَمَا شِئْتُ مِنْهَا فِيمَا أَرَى أَنْ أُصَرِّفَهَا فِيهِ مِنْ صُنُوفِ التِّجَارَاتِ وَأَخْرُجَ بِمَا شِئْتُ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُ وَأَبِيعَ مَا أَرَى أَنْ أَبِيعَهُ مِمَّا أَشْتَرِيهِ بِنَقْدٍ رَأَيْتُ أَمْ بِنَسِيئَةٍ وَبِعَيْنٍ رَأَيْتُ أَمْ بِعَرْضٍ عَلَى أَنْ أَعْمَلَ فِي جَمِيعِ ذَلِكَ كُلِّهِ بِرَأْيِي وَأُوَكِّلَ فِي ذَلِكَ مَنْ رَأَيْتُ وَكُلُّ مَا رَزَقَ اللَّهُ فِي ذَلِكَ مِنْ فَضْلٍ وَرِبْحٍ بَعْدَ رَأْسِ الْمَالِ الَّذِي دَفَعْتَهُ الْمَذْكُورِ إِلَيَّ الْمُسَمَّى مَبْلَغُهُ فِي هَذَا الْكِتَابِ فَهُوَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ نِصْفَيْنِ لَكَ مِنْهُ النِّصْفُ بِحَظِّ رَأْسِ مَالِكَ وَلِي فِيهِ النِّصْفُ تَامًّا بِعَمَلِي فِيهِ وَمَا كَانَ فِيهِ مِنْ وَضِيعَةٍ فَعَلَى رَأْسِ الْمَالِ فَقَبَضْتُ مِنْكَ هَذِهِ الْعَشَرَةَ آلَافِ دِرْهَمٍ الْوُضْحَ الْجِيَادَ مُسْتَهَلَّ شَهْرِ كَذَا فِي سَنَةِ كَذَا وَصَارَتْ لَكَ فِي يَدِي قِرَاضًا عَلَى الشُّرُوطِ الْمُشْتَرَطَةِ فِي هَذَا الْكِتَابِ أَقَرَّ فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يُطْلِقَ لَهُ أَنْ يَشْتَرِيَ وَيَبِيعَ بِالنَّسِيئَةِ كَتَبَ وَقَدْ نَهَيْتَنِي أَنْ أَشْتَرِيَ وَأَبِيعَ بِالنَّسِيئَةِ

Telah mengabarkan kepada kami ['Ali bin Hujr] telah menceritakan kepada kami [Syarik] dari [Thariq] dari [Sa'id bin Al Musayyab], dia berkata; "Tidak mengapa menyewakan tanah kosong dengan upah emas atau perak." Dia juga berkata; "Jika seseorang membayar harta kepada orang lain dengan qirod (pemberian modal untuk berdagang dengan memperoleh bagian laba) dan dia ingin menuliskannya dalam surat lalu dia menulis; Ini adalah surat yang ditulis oleh fulan bin fulan dengan kerelaan darinya dalam keadaan sehat dan lisensinya untuk Fulan bin Fulan, bahwa engkau telah menyerahkan kepadaku pada permulaan bulan dari tahun ini, sebanyak sepuluh ribu dirham secara jelas dan baik dengan berat tujuh qiradh atas dasar ketakwaan kepada Allah baik dalam keadaan tersembunyi ataupun terang-terangan, serta menunaikan amanah agar saya membeli dengannya menurut kehendakku segala apa yang ingin saya beli, dan aku akan mengaturnya sekiranya saya pandang perlu untuk mengaturnya dari berbagai jenis perdagangan, dan akan aku keluarkan apa yang saya kehendaki kemana saja yang saya kehendaki dan menjual apa yang ingin saya jual dari barang yang telah saya beli, baik secara kontan atau kredit, baik dengan uang atau dengan barang dengan dasar saya mengerjakan semua itu sesuai pendapatku, dan saya akan mewakilkan dalam itu kepada orang yang kehendaki, dan setiap apa yang dirizqikan Allah dalam hal itu berupa kelebihan dan keuntungan diluar modal tersebut yang telah engkau serahkan kepadaku yang tertera banyaknya, didalam surat ini, maka hal itu dibagi antara saya dan engkau menjadi dua bagian, untukmu setengah sesuai dengan bagian modalmu, dan untukku setengah sesuai dengan pekerjaanku secara penuh, jika ada sesuatu yang hilang maka hal itu menjadi tanggungan modal. Saya terima sebanyak sepuluh ribu dirham secara jelas dan baik pada permulaan bulan ini pada tahun ini, dan menjadi qiradh milikmu yang ada padaku dengan persyaratan yang tercantum dalam surat ini. Telah menyatakan Fulan dan Fulan. Jika ia ingin membebaskannya untuk membeli dan menjual secara kredit, maka ia menulis; dan engkau telah melarangku untuk membeli dan menjualnya dengan kredit." (https://carihadis.com/Sunan_Nasai/=qiradh)

 

Rukun Qiradh Terdiri Dari:

1.     Ada modal usaha

2.     Ada pemberi modal

3.     Ada pekerja atau pelaku usaha

4.     Peluang atau jenis pekerjaannya jelas

5.     Pembagian keuntungan disepakati bersama

6.     Ijab qabul.

 

Larangan Bagi Orang Yang Menjalankan Qiradh:

1.     Melanggar perjanjian atau aqad qiradh

2.     Menggunakan modal untuk kepentingan diri sendiri

3.     Menghambur-hamburkan modal usaha

4.     Menggunakan modal untuk perdagangan yang diharamkan syara'

 




Sumber Utama: 

A. Zakaria, ETIKA BISNIS DALAM ISLAM, Garut: IBN Azka Press, Cetakan Pertama, September 2012 M/ Dzulqa’dah 1443 H., Hal. 212 s/d 213.

Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler