Jumat, 25 September 2020

SOAL-JAWAB TENTANG TAQLID (Bagian 4)


AYAT-AYAT TAQLID[1]


SOAL:

1. Apa maksud dan tujuan Ayat:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’, 17:36)


2. Orang yang sudah membaca kitab-kitab keluaran “Persatuan Islam” lalu ia menurut sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab itu, apakah termasuk juga dalam larangan ayat tersebut?



JAWAB:

1. arti ayat itu begini: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’, 17:36)
Maksudnya: Kalau seorang guru suruh kita mengamalkan satu ibadah, janganlah kita kerjakan dahulu, sebelum ia unjukkan dalilnya dari Qur’an atau hadits, karena kalau kita turut perintahnya yang tidak beralasan itu, berarti kita kerjakan satu ibadah yang kita tidak tahu alasannya.

Orang yang menurut dengan tidak mengetahui katerangan dalam urusan ibadah itu, dinamakan muqallid. Sifat taqlid itulah yang dilarang oleh ayat tersebut.

Tujuan ayat itu ialah supaya ummat Islam jauh dari sifat taqlid yang telah diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya. Selain dari itu, ayat tadi mendidik juga, supaya ummat Islam mempunyai pikiran yang merdeka, jangan jadi hamba dari pikiran seseorang. Orang yang suka taqlid kepada seseorang, selain dari bisa kecelakaan dan kerugian dalam hidupnya di dunia, ia kan dapat pula siksaan dari Allah kelak di akhirat, lantaran mengerjakan sesuatu yang telah diharamkan-Nya.


2. orang yang sudah membaca kitab-kitab Persatuan Islam, lalu ia turut, sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab itu, tentulah tidak termasuk dalam larangan ayat itu, karena apa yang dibentangkan dalam kitab-kitab itu, ada disertakan pula dalil-dalilnya dari Qur’an dan hadits. Jadi orang ini, bukannya menurut pikiran Persatuan Islam, tetapi menurut keterangan Agama yang dibentangkannya.

Orang yang mengerjakan sesuatu ibadah dengan mengetahui keterangannya dari Qur’an atau hadits itu, dinamakan muttabi’. Sifat ittiba (menurut dengan tahu dalilnya) itu, ada pada sekalian sahabat Nabi. Sifat ini dipuji oleh Islam.


A.K.




AbahnaJafits’s Corner Private Library
Al-Furqan Islamic Kid and Youth Study Club
Sanggar Indah Banjaran L7 No. 7, Nagrak, Cangkuang-Kab. Bandung



[1] SOAL-JAWAB A. HASAN JILID 1-2-3, Hal. 1246-1247


Lihat juga:


Saran Bacaan untuk Anda

Adab Murid dan Guru

Oleh: سعيد حوى   Murid memiliki adab dan tugas (wazhifah) lahiriyah yang banyak, di antara abab dan tugas seorang murid adalah tidak b...

Postingan Terpopuler