SOAL:
1. Apa maksud dan tujuan
Ayat:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’, 17:36)
2. Orang yang sudah
membaca kitab-kitab keluaran “Persatuan Islam” lalu ia menurut sebagaimana yang
tersebut dalam kitab-kitab itu, apakah termasuk juga dalam larangan ayat
tersebut?
JAWAB:
1. arti ayat itu begini:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’, 17:36)
Maksudnya: Kalau seorang
guru suruh kita mengamalkan satu ibadah, janganlah kita kerjakan dahulu,
sebelum ia unjukkan dalilnya dari Qur’an atau hadits, karena kalau kita turut
perintahnya yang tidak beralasan itu, berarti kita kerjakan satu ibadah yang
kita tidak tahu alasannya.
Orang yang menurut dengan tidak mengetahui katerangan dalam urusan ibadah itu, dinamakan muqallid. Sifat taqlid itulah yang dilarang oleh ayat tersebut.
Orang yang menurut dengan tidak mengetahui katerangan dalam urusan ibadah itu, dinamakan muqallid. Sifat taqlid itulah yang dilarang oleh ayat tersebut.
Tujuan ayat itu ialah
supaya ummat Islam jauh dari sifat taqlid yang telah diharamkan oleh Allah dan
rasul-Nya. Selain dari itu, ayat tadi mendidik juga, supaya ummat Islam
mempunyai pikiran yang merdeka, jangan jadi hamba dari pikiran seseorang. Orang
yang suka taqlid kepada seseorang, selain dari bisa kecelakaan dan kerugian
dalam hidupnya di dunia, ia kan dapat pula siksaan dari Allah kelak di akhirat,
lantaran mengerjakan sesuatu yang telah diharamkan-Nya.
2. orang yang sudah
membaca kitab-kitab Persatuan Islam, lalu ia turut, sebagaimana yang tersebut
dalam kitab-kitab itu, tentulah tidak termasuk dalam larangan ayat itu, karena
apa yang dibentangkan dalam kitab-kitab itu, ada disertakan pula dalil-dalilnya
dari Qur’an dan hadits. Jadi orang ini, bukannya menurut pikiran Persatuan
Islam, tetapi menurut keterangan Agama yang dibentangkannya.
Orang yang mengerjakan
sesuatu ibadah dengan mengetahui keterangannya dari Qur’an atau hadits itu,
dinamakan muttabi’. Sifat ittiba (menurut dengan tahu dalilnya) itu, ada pada
sekalian sahabat Nabi. Sifat ini dipuji oleh Islam.
A.K.
AbahnaJafits’s Corner Private Library
Al-Furqan Islamic Kid and Youth Study Club
Sanggar Indah
Banjaran L7 No. 7, Nagrak, Cangkuang-Kab. Bandung