Tuan-tuan, para alim yang dirahmati Allah SWT, beberapa malam sabtu yang lalu kita bahas ulumul Qur’an. Terutama pada saat itu berkenaan dengan Nuzulul Qur’an hingga pada susunan dan penyusunan ayat-ayat dan surat-suratnya. Pertanyaan yang mencuat adalah adakah peran selain Allah dan nabi-Nya dalam penyusunan ayat-ayat dan surat-surat itu? Pertanyaan itu sebagaimana pertanyaan gugatan orang-orang Liberal dengan kajian hermeneutikanya, yaitu sebagai upaya dekonstruksi agama yang akhirnya akan meruntuhkan keyakinan bahwa Al-Qur’an sebagai Kalam Allah dan mukjizat-Nya yang tak terbantahkan.
Oleh karenanya, ini saya bagikan bagian dari buku The
History of The Qur'anic Text - From Revelation to Compilation - Sejarah Teks
Al-Quran - Dari Wahyu Sampai Kompilasinya – karyanya Tuan Guru Prof. Dr. M.Musthafa
al A'zami, seorang cendekiawan kelahiran Mau, India. Seorang Ahli Hadis kontemporer yang dikenal dengan
kajian kritisnya terhadap teori-teori para orientalis Islam dari Barat seperti
Ignác Goldziher, David Margoliouth, dan Joseph Schacht.
Susunan Al-Qur'an
Dikutip tanpa modifikasi dari e-book
The History of The Qur'anic Text
- From Revelation to Compilation -
Sejarah Teks Al-Quran - Dari Wahyu Sampai Kompilasinya -
Prof. Dr. M.M al A'zami
i. Susunan Ayat ke dalam Surah
Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam
Al-Qur'an memiliki keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan
saat wahyu diturunkan dan subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu,
karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang akan bertindak
sebagai editor menyusun kembali kata-kata buku orang lain misalnya, mengubah
urutan kalimat akan mudah memengaruhi seluruh isinya. Hasil akhir tidak dapat
diberikan pada pengarang karena hanya sang pencipta yang berhak mengubah
kata-kata dan materi guna menjaga hak-haknya.
Demikian halnya Kitab Allah, karena Dia sebagai pencipta tunggal clan Dia
sendiri yang memiliki wewenang mutlak menyusun seluruh materi. AlQur'an sangat
tegas dalam masalah ini:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ
"Sesungguhnya atas
tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya
itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya". (QS.
Al-Qiyaamah; 75: 17-19)
Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah menugaskan Nabi
Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam hal ini Al-Qur' an memberi penjelasan,
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan," (QS. An-Nahl; 16: 44)
Hak istimewa ini, Allah berikan wewenang atau hak otoritas pada Nabi
Muhammad agar memberi penjelasan pada umatnya. Hanya Nabi Muhammad, melalui
keistimewaan dan wahyu ketuhanan, yang dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke
dalam bentuk keunikan Al-Qur'an sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan
komunitas Muslim secara kolektif dan bukan pula perorangan memiliki legitimasi
kata akhir dalam menyusun Kitab Allah.
Kitab Al-Qur'an mencakup surah-surah panjang dan yang terpendek terdiri atas
3 ayat, sedangkan paling panjang 286 ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa
Nabi Muhammad memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada
setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat panjang maupun
satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya dan berkata,
"Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah seperti yang beliau
sebut."[1] Zaid bin Thabit menegaskan, "Kami akan
kumpulkan Al-Qur'an di depan Nabi Muhammad."[2] Menurut `Uthman bin Abi al-'As, Malaikat Jibril
menemui Nabi Muhammad memberi perintah akan penempatan ayat tertentu.[3]
- ’Uthman
bin AM al-‘As melaporkan bahwa saat sedang duduk bersama Nabi Muhammad
ketika beliau memalingkan pandangan pada satu titik dan kemudian berkata,
"Malaikat Jibril menemuiku dan meminta agar menempatkan ayat ini:
إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran". (QS. An-Nahl; 16: 90)
pada bagian surah tertentu.[4]
- AI-Kalbi
melaporkan dari Abu Sufyan tentang Ibn ‘Abbas tentang ayat,
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى
كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
"Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari
yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian
masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)". (QS.
Al-Baqarah; 2:281)
Ia menjelaskan, "Ini adalah
ayat terakhir yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Malaikat Jibril turun dan
minta meletakannya setelah ayat ke dua ratus delapan puluh dalam Surah
al-Baqarah."[5]
- Ubbay bin Ka'b menjelaskan, "Kadang-kadang permulaan surah itu
diwahyukan pada Nabi Muhammad, kemudian saya menuliskannya, dan wahyu yang
lain turun pada beliau lalu berkata, "Ubbay! Tulislah ini dalam surah
yang menyebut ini dan itu.' Dalam kesempatan lain wahyu diturunkan pada
beliau dan saya menunggu perintah yang hendak diberikan sehingga beliau
memberi tahu tempat yang sesuai dari suatu ayat.[6]
- Zaid bin Thabit memberi penjelasan, "Sewaktu kami bersama Nabi
Muhammad mengumpulkan Al-Qur'an kertas kulit beliau berkata, "Mudah-mudahan Sham mendapat berkah"[7]
Kemudian beliau ditanya, 'Mengapa demikian wahai Nabi Allah?'
Beliau menjawab, 'Karena para
Malaikat yang Maha Rahman telah melebarkan sayap mereka kepadanya."[8]
Dalam hadith ini
kita catat Nabi Muharnmad selalu melakukan pengawasan dalam pengumpulan
dan susunan ayat-ayat Qur'an
- Kita
dapat melihat bukti yang sangat jelas bahwa bacaan surah dalam shalat lima
waktu. Tidak boleh bacaan umum menyalahi urutan ayat-ayat yang telah
disepakati dan tidak pernah terjadi peristiwa shalat berjamaah akan adanya
perbedaan pendapat dengan imam tentang urutan ayat-ayat baik di masa Nabi
Muhammad maupun sekarang. Nabi Muhammad kadang-kadang membaca satu surah
sampai habis pada shalat jum'ah.[9]
Bukti lain dapat dilacak dari beberapa hadith
yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal permulaan dan akhiran
surah-surah yang ada.
- Nabi
Muhammad memberi komentar kepada ‘Umar, "Akhir ayat-ayat dari
Surah an-Nisa' akan dianggap cukup buatmu (dalam menyelesaikan masa]ah
warisan). "[10]
- Abu
Mas'ud al-Badri memberi laporan bahwa Nabi Muhammad bersabda, 'Ayat
terakhir dari Surah al-Baqarah dapat mencukupi bagi siapa saja yang
membaca di waktu malam."[11]
- Ibn
`Abbas mengingatkan, "Sewaktu saya bermalam di rumah, Maimuna (istri
Nabi Muhammad), saya mendengar beliau terbangun dari tidur lalu membaca
sepuluh ayat terakhir dari Surah `Ali ‘Imran."[12]
[1]
Lihat at-Tirmidhi, Sunan, no.3086; juga al-Baihaqii ii: 42, Ibn Hanbal, Musnad,
i: 69, Abu Dawud, Sunan, i: 290; al-Hakim, al-Mustadrak, i:221,
Ibn Hajar, Fathul Biri, ix: 22; Lihat juga Abu 'Ubaid, Fada'il, hlm.
280.
[2]
Lihat
at-Tirmidhi, Sunan, Manaqib:141, no.39 Lihat at-Tirmidhi, Sunan,
Manaqib:141, no.39. Lihat at-Tirmidhi, Sunan, Manaqib:l41, no.3954; Ibn
Hanbal, Musnad, v:185; al-Hakim, a!Mustadrak, ii: 229.
[3]
As-Suyuti, al-ltqan, i: 173.
[4] Ibn
Hanbal, Musnad, iv: 218, no. 17947; Lihat juga as-Suydti, a!-Itqan,
i:173.
[5] Al-Baqilani,
al-lntisar, hlm. 176.
[6] Ibid.
hlm. 176
[7] Syam
adalah Suria, Yordania, dan Lebanon (Sekarang).
[8] Al-Baqilani,
al-lntisar, hlm. 176-7.
[9] Muslim, Sahih,
Jumu'a: 52.
[10] Muslim,
Sahih, al-Fara'id: 9.
[11] Al-Bukhari,
Sahih, Fada'il AI-Qur'an:10.
[12] Al-Bukhari,
Sahih, al-Wudu':37; Muslim, Sahih, Mufassirin, no. 182. Untuk
lebih jelasnya harap dilihat Muslim, Kitab al-Tamyiz, diedit oleh M.M.
al-A'zami, hlm. 183-5.