![]() |
Ibn Rushd (Averroes), Sumber Gambar: english.alaraby.co.uk
أَبُوْ يَافِثْ
سَلاَم
Nu Maca, Islam adalah
agama yang mengajarkan dan mewajibkan bagi pemeluknya untuk terus menerus
mencari ilmu. Lima ayat yang pertama sekali diajarkan Allah SWT kepada Nabi ﷺadalah perintah untuk membaca, Iqra, Bacalah! Juga terdapat
hadits-hadits keutamaan ilmu dan keutamaan mencarinya. Seperti berikut ini:
طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut
ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.”(Ibn Majah)
مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa
yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 7028)
Maka wajar, jika kemudian
Islam mampu mengungguli dunia. Terdapat banyak ilmuan Muslim yang sampai saat ini dikenal di dunia barat. Di antara ilmuan-ilmuan itu adalah Ibnu Rushdi yang
dikenal di dunia barat dengan nama Averroes, serta Ibn Al-Khatib.
Disebutkan dari buku
KULTUR ISLAM karya Dr. Oemar Amin Hoesin bahwa Ibn Rushd adalah sahabat karib
Ibn Zuhr, guru Ibn Rushd yang wafat di Marocco dalam tahun 1198 M. Buah pikiran
dan kepintaran Ibn Zuhr mengalir seluruhnya pada Ibn Rushd. Ibn Rushd dikatakan
orang, orang besar ilmu filsafat. Ia telah membangun dunia Eropa dengan
pikiran-pikiran Islam dan mengantarkan dunia Barat ke pintu gerbang
Renaissance. Dalam bidang kedokteran terdapat 16 jilid karangannya. Buku itu
bernama Kulliyat fit-Thibb (Aturan Umum Kedokteran). Buku ini disalin ke
dalam bahasa Latin oleh Bonacosa dalam tahun 1225 M. Bonacosa adalah
seorang Yahudi dari Padua dan salinan bahasa Latin itu dinamainya dengan Colliget.
Sedang salinan bahasa Inggris dikenal dengan nama General Rules of Medicine.
Salinan karangan Ibn Rushd berulang-ulang dicetak di Eropa.
Dalam abad 14 M, di
Spanyol terbit wabah penyakit, beribu-ribu orang tewas dengan tidak
henti-hentinya. Masa ini disebut orang dengan Mati Hitam (Black Death). Keadaan
menjadi kacau karena para pemuka agama, baik dari kalangan Kristen maupun Islam
menyebut kejadian ini sebagai hukuman dari Tuhan.
Dengan demikian
dokter-dokter Islam berjuang membasmi penyakit itu dan menolak segala bentuk
takhyul. Mereka memberi petunjuk cara pemberantasan penyakit berdasarkan ilmu
kesehatan.
Black Death berjangkit
sampai ke seluruh Eropa karena kekotoran daki badan dan kurangnya mandi
orang-orang Eropa. Dari sinilah orang Eropa mengenal sabun dan sampai sekarang
Eropa memakai kata Soap sebagai serapan dari kata صَابُوْن
(shoobun)
yang dikirimkan rumahsakit-rumahsakit Islam ke pelbagai negeri Eropa
ketika penyakit hitam ini menular.
Pada masa ini muncul seorang dokter ternama bernama Ibn Al-Khatib di
Granada. Dokter ini hidup antara tahun 1313-1374 M. Ia mengarang buku tentang
penyakit menular dan bahaya Epidemi. Ia memberi keterangan tentang penyakit
menular ini sebagaimana dikutip dalam buku Dr. Oemar Amin Hoesin:
“Adapun penyakit menular,
dapat juga diketahui penyelidikan, pengalaman dan belajar. Keadaan itu dapat
juga diketahui dengan jalan perasaan. Begitu juga dapat dipergunakan hasil
laporan-laporan. Umpamanya penyakit berpindah dengan melalui pakaian, perkakas
pecah belah, lubang telinga dan lain-lain. Selain dari itu penularan dapat juga
disebabkan seorang yang datang dari seberang laut dimana terdapat epidemi.”
Ibn Al-Khatib mendapat
pengalaman sebab-sebab epidemi Black Death Eropa. Ia berpendapat karena orang
Eropa ketika itu kurang mandi, tidak seperti orang Islam yang selalu menjaga
kesuciannya, salah satunya dengan jalan mandi. Maka sejak itu disebarkan
penerangan supaya orang menjaga kesehatannya, how to be health, agar terhindar
dari penyakit menular.
Jika kita lihat bagaimana
penerangan-penerangan dokter-dokter Islam yang diberikan dalam abad ke 14 M
ketika Eropa dalam keadaan gelap gulita dan kolot sebagaimana keterangan dari
Ibn Al-Khatib tadi nampak sekali orang Islam ketika itu betapa gagah perkasa
tak berbanding, demikian percaya diri.
Pada tahun 1348 sampai
1349 M, di Almeira (Spanyol), terbit juga wabah penyakit dua tahun lamanya. Dalam
pada itu nampak kesigapan dokter-dokter Islam berjuang membasmi penyakit.
Demikianlah Islam
menjunjung tinggi Ilmu Pengetahuan. Di dalam Islam, sebagaimana dikatakan
Syaikh Sa’id Hawwa dalam kitabnya Tazkiyaatun Nafs bahwasannya “secara umum,
ilmu yang paling mulia dan puncaknya ialah pengenalan Allah (Ma’rifatullah) ‘azza
wa jalla. Ia adalah lautan yang tidak diketahui kedalamannya,...” Namun juga
Syaikh Sa’id Hawwa dalam kitab dan bab yang sama berkata:
“Janganlah sekali-kali
Anda memahami dari sanjungan kami yang berlebih-lebihan kepada ilmu akhirat ini
sebagai pelecehan terhadap ilmu-ilmu yang lainnya. Karena orang-orang yang
bertugas menekuni ilmu-ilmu tersebut sama seperti orang-orang yang bertugas
menjaga front perbatasan (Darul Islam) dan orang-orang yang berjihad di jalan
Allah. Di antara mereka ada yang bertugas sebagai petempur, ada yang menjaga
pertahanan, ada yang bertugas menjaga pertahanan, ada yang bertugas mengurusi
perbekalan air, ada yang menjaga binatang-binatang tunggangan dan lain
sebagainya. Setiap dari mereka mendapatkan pahala, jika tujuannya untuk
meninggikan kalimat Allah bukan untuk mendapatkan harta rampasan. Demikian pula
para ‘ulama. Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat” (Al-Mujaadilah, 58:11). Allah berfirman:
هُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ
بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi
Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran, 3:
163)””
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
أَبُوْ يَافِثْ سَلاَم،
ربيع الاوّل ١٤٤٢ ه