اَلدُّعَاءُ
Dari segi etimologi
(kebahasaan), Ad-du’au berasal dari bahasa Arab yaitu dari akar kata دعا- يدعو – دعوة - دعا, artinya seruan, panggilan, permintaan dan permohonan.
Secara
epistemologi Addu’au adalah permintaan dari yang lebih rendah kepada yang lebih
tinggi atas satu perkara yang dilafadzkan. Dan du’a harus langsung kepada Allah
SWT:
اَلدُّعَاءُ
مُخُّ الْعبَادَةِ. الترمذى :٣٣٧١
“Doa adalah
inti ibadah“.(Attirmidzi
3371)
Di dalam “Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi”
terdapat penjelasan terkait sabda Rasulullah saw.: “Doa adalah inti ibadah“.
Kata “al-mukhkhu” dengan dibaca
dhommah mim-nya secara bahasa
artinya adalah “niqyul ‘adzmi, sumsum
atau tulang otak”, “ad-dimâgh,
otak”, “syahmatul ‘aini, biji
mata” dan “khâlishu kulli syai’in,
inti atau sari”. Artinya bahwa doa itu merupakan inti dari sebuah ibadah. Sebab
orang yang berdoa itu tidak lain, bahwa ia sedang memohon kepada Allah ketika
harapan kepada selain-Nya sudah terputus. Dan hal itu merupakan hakikat tauhid
(pengesaan kepada Allah) dan keikhlasan. Mengingat tidak ada ibadah yang
melebihi derajat keduanya.
Ibnu
al-Arabi berkata: “Dengan jiwa (nyawa), anggota tubuh menjadi kuat (hidup).
Begitu juga doa, ia merupakan jiwa (nyawa) bagi ibadah, dimana dengannya ibadah
seorang hamba menjadi kuat, karena ia adalah ruh (jiwa) bagi ibadah.”
Orang
yang tidak pernah berdu’a kepada Allah menandakan dirinya memiliki sifat
takabur, sombong. Padahal dia memiliki kebutuhan dan keperluan yang banyak
kepada Allah.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
غافر: ٦٠
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir, 40: 60)
Orang
yang banyak berdu’a akan benar dan khusyu dalam ibadahnya dan tak akan berani
melanggar aturan dan ajaran Allah SWT sebab berkeinginan agar du’anya
dikabulkan. Itulah sebabnya dia bersungguh-sungguh dalam du’anya sambil terus
melakukan segala amal yang akan menunjang dikabulkannya du’anya itu.
Agar du’a
dikabul maka ketika berdu’a selayaknya kita bersikap tawadlu penuh rasa hormat
dan berkeinginan yang kuat serta janganlah berteriak-teriak sebagaimana sabda
Rasul ﷺ:
يَا أَيُّهَا النّاسُ اِرْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ
فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَ لَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَ تَعَالَى جدُّهُ. - البخارى ٢/١٦٨. مسلم ١٨٩٦
Wahai
sekalian manusia! Sayangilah diri kalian masing-masing, sebab kalian tidak
memohon kepada sesuatu yang tuli juga bukan kepada yang tidak ada. Sesungguhnya
Dia itu Membersamai kalian, sesungguhnya Dia itu Maha Mendengar dan Maha Dekat,
Maha Mulya Nama-Nya, dan Maha Tinggi Keagungan-Nya. (HR. Al-Bukhari 2/168,
Muslim 1896).
Itulah sebab kenapa kita
ketika berdu’a harus tawadlu, merendah, lirih, tidak berteriak dan tak usah
bersama-sama.
Dan ketika
berdu’a kita harus memiliki keyakinan bahwa du’a kita itu akan dikabulkan sebab
itulah janji Allah dalam firman-Nya:
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“...Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir, 40: 60)
Rasul ﷺ bersabda:
اُدْعُوْا اللهَ وَ أَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالْإِجَبَةِ
وَاعْلَمُوْ أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ لَاهٍ. الترمذى:
٣٤٧٩ عن أبى هريرة
Maka
berdu’alah kalian dengan keyakinan akan diijabahnya du’a kalian itu, ketahuilah
oleh kalian bahwa Allah tidak akan menerima du’a orang-orang yang hatinya tidak
yakin (cileureun lalawora). (HR. Attirmidzi dari Abu Huraeroh)
Klik disini untuk lanjut membaca:
اَلدُّعَاءُ (Bagian 2) الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
“ اَلدُّعَاءُ (Bagian 3) اِسْتِدْرَاجٌ”
AbahnaJafits’s Corner Private Library
Al-Furqan Islamic Kid and Youth Study Club
