Oleh:
(Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)
Foto: Daylisabah.com
Isinya menarik. Diawali dengan ungkapan
“Bismillaahirrahmanirrahiim. Laa ilaaha illallah, laa walada lahu, wa laa
syariika fii mulkihi.” (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Tidak ada tuhan selain Allah. Dia tidak mempunyai anak, dan tidak
ada sekutu dalam Kekuasaan-Nya.)
Tak hanya itu, Napoleon juga mengaku taat beribadah
kepada Allah SWT dan mengagungkan Nabi Muhammad saw serta al-Quran yang agung.
Bangsa Perancis dikatakannya merupakan orang-orang Muslim yang taat, yang telah
menyerbu Roma dan menghancurkan Tahta Suci, serta menaklukkan pasukan Kristen
di Malta. (Lihat: Napoleon in Egypt: Al-Jabarti’s Chronicle of The French
Occupation, 1798 (translated by Shmuel Moreh), (Princeton: Marcus Wiener Publishing,
1993).
*****
Pada 26 Oktober 2020, situs Republika online
menurunkan judul berita: “Macron Hina Islam, Produk-Produk Prancis Diboikot!”
Berbagai pernyataan dan sikap Presiden Emmanuel Macron tentang Islam, telah
memicu kemarahan umat Islam seluruh dunia. Dukungannya terhadap pembuatan
kartun Nabi Muhammad SAW dinilai sangat keterlaluan.
Menyusul kelakuan Macron, berbagai perusahaan di Timur
Tengah dan Turki mengumumkan pemboikotan terhadap produk-produk Perancis. Di
Kuwait, ketua dan anggota dewan direksi Perkumpulan Koperasi Al-Naeem memboikot
semua produk Prancis dan mengeluarkannya dari rak supermarket. Lalu, Asosiasi
Dahiyat al-Thuhr mengambil langkah yang sama.
"Berdasarkan posisi Presiden Prancis Emmanuel
Macron dan dukungannya terhadap kartun ofensif terhadap nabi tercinta kami,
kami memutuskan untuk menghapus semua produk Prancis dari pasar dan cabang
sampai pemberitahuan lebih lanjut."
Di Qatar, perusahaan Wajbah Dairy mengumumkan boikot
produk Prancis dan berjanji untuk memberikan alternatif mereka. Dewan Kerjasama
Teluk (GCC) menggambarkan pernyataan Macron sebagai tindakan tidak bertanggung
jawab dan mengatakan itu bertujuan untuk menyebarkan budaya kebencian di antara
masyarakat. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga mengutuk pernyataan Macron.
Kecaman terhadap Presiden Perancis juga mengalir dari berbagai penjuru dunia.
Dendam abadi!
Sikap anti Islam begitu mudah muncul di Eropa dan
belahan dunia Barat lainnya. Sikap itu kadang sengaja dibangkitkan oleh
kalangan tertentu, dengan beberapa tujuan:
1. Sebagai bagian dari upaya untuk menyatukan Eropa (juga
masyarakat Barat) kembali sebagai satu kekuatan Kristen sebagaimana terjadi
dalam Perang Salib yang dimulai tahun 1095, dan
2. Upaya mengalihkan dukungan masyarakat Eropa terhadap
perjuangan Palestina,
3. Kepentingan dukungan politik dalam negeri negara
tertentu.
Dunia Barat kini sedang menghadapi berbagai krisis dan
keterbelahan sikap. Dalam sejarah, mereka belum pernah bersatu, kecuali saat
menghadapi Islam. Itulah yang dilakukan Paus Urbanus II saat menggalang
kekuatan Kristen, dalam Perang Salib. Dalam pidatonya, tahun 1095, Paus
menyatakan, bahwa bangsa Turki (Muslim) adalah bangsa terkutuk dan jauh dari
Tuhan. Maka, Paus menyerukan, “membunuh monster tak bertuhan seperti itu adalah
suatu tindakan suci; adalah suatu kewajiban Kristiani untuk memusnahkan bangsa
jahat itu dari wilayah kita.” (Lihat: Karen Armstrong Holy War: The Crusades
and Their Impact on Today’s World, (London: McMillan London Limited, 1991).
Tahun 1187, Shalahudin al-Ayyubi merebut Jerusalem.
Tetapi, sukses Shalahuddin itu memicu dendam tiada akhir. Saat merebut Syria
dari Turki Utsmani, Jenderal Geraud dari Perancis memasuki Masjid Umayyad di
Damaskus. Di situ, ia menendang makan Shalahudin, sambil berteriak: “Saladin,
wake up! We are back!” (Saladin, bangun! kami kembali!). (Tentang cerita
Jenderal Geraud di makam Saladin, lihat, Serge Latouche, The Westernization of
the World, (Cambridge: Polity Press, 1996).
Juga, patut dicatat, menurut Samuel Huntington – dalam
buku terkenalnya, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order,
Islam memang satu-satunya peradaban dan kekuatan yang pernah menaklukkan Barat.
Islam pernah menduduki Spanyol selama sekitar 800 tahun (711-1492). Islam
pernah menaklukkan Ibu Kota Romawi Timur (Konstantinopel) tahun 1453. Islam
pernah mengepung Vienna – yang menjadi jalan penaklukan bagian Eropa lainnya –
selama dua kali (1529 dan 1683). Dan Islam juga akhirnya memenangkan Perang
Salib yang berlangsung hampir 200 tahun.
Hingga kini, di Eropa dan kalangan Kristen Barat pada
umumnya, sejarah lama itu begitu mudah digunakan untuk menimbulkan kebencian
atau sentimen anti-Islam. Di Amerika, serangan Jepang terhadap Pearl Harbour
tidak menimbulkan sentimen anti-Jepang. Meskipun begitu banyak warga keturunan
Hispanik yang melakukan aksi terorisme, tetapi tidak muncul gelombang
anti-Hispanik di Amerika. Tetapi, begitu dalam peristiwa WTC 11 September 2001
dimunculkan wajah-wajah Arab sebagai pelakunya, maka terjadi gelombang sentimen
anti-Islam dan anti-Arab di mana-mana.
Sikap Presiden Macron terhadap Islam menunjukkan
cerita lama tentang dendam abadi kaum Kristen Barat terhadap Islam. Sikap ini
sekaligus menunjukkan kebodohannya terhadap Islam. Peristiwa pelecehan Nabi
Muhammad saw di Denmark, Perancis, dan sebagainya, begitu menyakitkan hati kaum
Muslim sedunia, sehingga ada yang sampai tidak dapat menahan kesabarannya.
Tetapi, di samping itu, kaum Muslim patut mengucapkan
“terimakasih” kepada Macron dan para penghujat yang bodoh itu. Sebab, kasus ini
membuktikan kebenaran al-Quran al-Karim:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا
عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ
أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil
menjadi teman kepercayaanmu, orang-orang yang berada di luar kalanganmu
(karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah
Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS Ali
Imran: 118).
Jadi,
terimakasih Macron. Karena kebodohan Anda, umat Islam sedunia kini
bersatu! (Bandung, 27 Oktober 2020).